Banyak Toko Tutup, Pengelola Mal Minta Kelonggaran Pajak

Katadata
Suasana program sale di pusat perbelanjaan Senayan City, Jakarta.
31/10/2017, 21.08 WIB

"Jangan salah, 2% saja itu sudah mencapai Rp 30 triliun. Anggap saja dari jumlah itu belanja fesyen 50%, artinya sudah Rp 15 triliun masuk ke e-commerce," ujar Stefanus.

Toh pengelola pusat belanja tak tinggal diam. Menurut Stefanus, beberapa mal akan melakukan transformasi dengan menghilangkan department store dan menggantinya dengan gerai-gerai branded. Senayan City misalnya, yang setelah ditinggalkan Debenhams tak akan lagi menerima keberadaan department store.

"Jadi ke arah flagship store dan bermerek, daripada mereka buka besar (department store), tetapi tidak ada geregetnya," kata Stefanus.

Stefanus mengakui, selain perubahan pola belanja konsumen di mall, ada beberapa hal yang menjadi disrupsi ke bisnis ritel, salah satunya adalah alokasi belanja ke pariwisata yang lebih besar ketimbang berbelanja. Dia mengatakan, banyak anak muda pergi ke banyak objek wisata dan berbelanja di tempat-tempat tersebut.

"Misalnya ke Kuala Lumpur atau Bangkok, dan mereka berbelanja di sana ketimbang di sini," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution