Pemerintah mendorong agar pengusaha lokal mengelola limbah elektronik menjadi barang yang lebih bernilai tinggi, seperti emas. Alasannya limbah tersebut memiliki kandungan emas dan perak yang cukup besar.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan M.R Karliansyah mengatakan komponen yang ada di televisi, telepon genggam, kulkas, dan pendingin ruangan seharusnya bisa diolah kembali menjadi emas atau perak. Sehingga memiliki nilai tambah.
Selama ini menurut Karliansyah limbah tersebut dibuang. Padahal satu ton limbah peralatan telekomunikasi bisa menghasilkan 1,44 kg emas dan perak. Sedangkan, rata-rata penduduk dewasa Indonesia yang hampir 50% dari total penduduk sebanyak 250 juta diperkirakan memiliki ponsel lebih dari satu unit.
Dengan asumsi itu, seharusnya pengelolaan limbah elektronik bisa menarik minat investor."Kami minta ada pengusaha lokal yang mau investasi ini. Memang investasinya mahal tetapi hasilnya kan juga sangat menarik," ujar Karliansyah kepada Katadata saat ditemui di kawasan Kilang Sei Pakning, Bengkalis, Roau, Rabu (18/10).
Pengelolaan limbah elektronik ini sebenarnya juga sudah dilakukan negara lain, seperti Jepang. Menurut Karliansyah, industri pengolahan limbah elektronik yang berada tidak jauh dari pusat kota Tokyo bisa menghasilkan emas yang lebih besar dibandingkan produksi emas Indonesia di Pongkor, Bogor dalam satu tahunnya.
Atas dasar itu, pemerintah berharap pengusaha lokal bisa meniru hal itu dan berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian, pendapatan yang dihasilkan tidak lari ke negeri orang tapi tetap bisa dinikmati masyarakat lokal.
Di sisi lain, berdasarkan kajian awal tentang pola pengelolaan limbah di Indonesia belum ada pemilihan antara sampah atau limbah elektronik dan limbah lainnya. Pengolahan selama ini hanya dengan mengambil komponen yang masih berharga dan sisanya hanya dikubur.