PT Indo Beras Unggul (IBU) membantah adanya keuntungan berlipat ganda dari berjualan beras seperti yang dituduhkan polisi. Selain itu, dengan pangsa pasar di bawah 1%, anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food Tbk ini juga membantah tuduhan monopoli.
Juru Bicara PT IBU Jo Tjong Seng menyatakan, perusahaannya memang membeli gabah kering panen seharga Rp 4.900 per kilogram dari petani di daerah Bekasi, Subang dan Banten. Namun, saat digiling dan disortir, hanya 50 persennya yang dapat menjadi beras sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Misalnya, bulir yang pecah tak boleh lebih dari 5%.
“Alhasil, harga bahan baku beras PT IBU menjadi Rp 9.800 per kilogram,” kata Jo Tjong Seng saat public expose, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (25/7). (Baca juga: Kasus Beras Maknyuss, Polisi Incar Dua Anak Usaha Tiga Pilar)
Harga bahan baku itu pun masih ditambah 3 komponen biaya utama yakni biaya produksi dan pengemasan, pengiriman hingga biaya operasional yang ditaksir mencapai Rp 1.700 per kilogram. Dengan demikian, total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 11.500 per kilogram.
Jo Tjong Seng menjelaskan, harga jual beras produksi PT IBU ke distributor senilai Rp 11.600 per kilogram di Pulau Jawa dan Rp 12.200 per kilogram di luar Pulau Jawa. dengan demikian, perusahaan hanya mendapat keuntungan antara 0,86-6 persen dari penjualan beras ini.
Dengan demikian, jika harga jual 'Maknyuss' Rp 13.700 per kilogram, maka keuntungan bagi distributor, pengecer, dan pihak grosir hanya sebesar Rp 2.100 per kilogram. Adapun, beras Cap Ayam Jago dengan harga bahan baku lebih mahal Rp 2.000 maka harga beli konsumen menjadi Rp 20.400 per kilogram. Artinya, margin keuntungannya sekitar 10%.
“Dengan demikian, tidak ada keuntungan atas penjualan beras ini yang terlampau besar,” katanya. (Baca juga: Tiga Pilar Bantah “Maknyuss” Dioplos Beras Murah)
Jo Tjong Seng juga membantah perusahaannya melakukan praktik monopoli dan oligopoli. Menurutnya, konsumsi beras nasional adalah sekitar 3 juta ton per bulan. Sedangkan, pangsa pasar PT IBU berada di bawah 1 persen dari konsumsi nasional tersebut.
Begitu pula jika lingkupnya diperkecil ke tiga kabupaten pemasok yakni Bekasi, Subang dan Banten, pangsa pasar PT IBU jauh dari posisi dominan. Ia menjelaskan, kapasitas pengering PT IBU tak lebih dari 8 persen dari hasil panen ketiga kabupaten lumbung padi tersebut.
“Artinya, tidak mungkin PT IBU mematikan usaha lain karena persediaan gabah yang masih berlimpah,” kata Jo Tjong Seng.