Produksi perikanan budidaya pada triwulan pertama tahun 2017 tercatat 3,97 juta ton. Jumlah itu meningkat 3,11 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yakni 3,85 juta ton.
“Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan anggaran yang tidak lagi diarahkan untuk mengikuti tugas dan fungsi, tapi harus didasarkan pada prioritas program,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto dalam siaran persnya, Rabu (10/5)
Slamet mengatakan, dari sisi realisasi, nilai produksi perikanan budidaya juga meningkat 37 persen dari Rp 22,5 triliun pada triwulan pertama 2016 jadi Rp 30,9 trilun. Ia berharap capaian positif ini bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(Baca juga: KPK Bantu Susi Telisik Potensi Korupsi di Sektor Perikanan)
“Perikanan budidaya memiliki nilai strategis yang komplek, mulai dari nilai ekonomi, sosial bahkan aspek geopolitik khususnya dalam memperkuat kedaulatan yang berbasis pada pendekatan kesejahateraan,” katanya.
Slamet menyebut bahwa pada kuartal I lalu, kinerja positif juga tampak dalam sektor produksi ikan hias yang mencapai 350,45 juta ekor dengan nilai Rp 2,48 miliar. Angka itu meningkat 7,47 persen dibandingkan kurun waktu yang sama tahun sebelumnya yakni 326,10 juta ekor senilai Rp 2,24 miliar.
Adapun program prioritas perikanan budidaya tahun ini memang diarahkan untuk mendukung secara langsung pembangunan perikanan budidaya di 34 provinsi dan 173 kabupaten/kota. “Saat ini, KKP berfokus menciptakan peluang usaha budidaya ikan di kawasan-kawasan perdesan serta wilayah terluar,” kata Slamet.
(Baca juga: Susi Catat Ekspor Perikanan Bitung Naik Sejak Larangan Transhipment)
Di antara program prioritas KKP adalah pembagian 100 juta ekor benih bagi pembudidaya di 34 provinsi, revitalisasi 250 unit keramba jaring apung di 8 kabupaten/kota, dan asuransi pembudidaya ikan untuk 3.300 hektare lahan di 13 provinsi.
Selain itu, pemerintah juga mengembangkan minapadi seluas 210 hektare di 9 kabupaten/kota, revitalisasi tambak di 20 kabupaten/kota, dan mengembangkan budidaya lele sistem bioflok di 60 Kabupaten/Kota. “Serta pengembangan budidaya laut lepas pantai di 3 lokasi yakni di Pangandaran, Sabang dan Karimunjawa,” katanya.
Secara makro, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Trade Center (2017) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2012-2016, total nilai ekspor komoditas perikanan nasional (HS 03) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2 persen per tahun.
(Baca juga: Upaya Pemerintah Menghalau Pencoleng Ikan di Bitung)
Tahun 2016, total nilai ekspor komoditas perikanan nasional mencapai US$, 2,9 miliar. Dari nilai tersebut subsektor perikanan budidaya mendominasi sebanyak 60,03 persen terhadap total nilai ekspor perikanan nasional.