Menteri Perdagangan Enggartisto Lukita meminta Pemerintah Daerah untuk memulai persiapan Idul Fitri. Di antaranya dengan memantau dan melaporkan perkembangan harga harian secara intensif pada dua pekan sebelum Ramadan hingga dua hari setelah Lebaran.
Pantauan ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan stok, kelancaran distribusi, dan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok menjelang Puasa dan Lebaran 2017/1438 H.
“Lonjakan harga barang kebutuhan pokok menjelang Lebaran selama ini dianggap sesuatu yang biasa. Kita harus berubah,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam rapat koordinasi dengan para perwakilan Dinas Perdagangan Provinsi di Indonesia, Rabu (23/3).
(Baca juga: Pengusaha Nilai Subsidi Logistik Belum Efektif Tekan Harga Barang)
Selain itu, Kementerian Perdagangan akan menambah titik pantauan dalam sistem informasi harga dan pasokan yang terintegrasi. Sebab, saat ini pemantauan harian harga barang pokok baru dilakukan terhadap 165 pasar rakyat di 34 ibu kota provinsi dan 48 kabupaten atau kota. Sementara, khusus untuk cabai dan bawang merah, pantauan juga dilakukan di 10 pasar induk dan 6 sentra produksi.
“Kami juga akan memanfaatkan Sistem Informasi Perdagangan Antar Pulau (SIPAP) untuk mendukung implementasi program tol laut,” kata Enggar.
Kapasitas Kereta Api Tambahan Lebaran 2017
Selain itu, kegiatan Operasi Pasar dan Pasar Murah di permukiman masyarakat berpendapatan rendah juga akan digencarkan selama Puasa dan Lebaran. Hanya saja, untuk menjaga asas keadilan bagi para pedagang pasar. Enggar menginstruksikan agar bahan pokok dalam Operasi Pasar juga dipasok untuk pedagang pasar.
(Baca juga: Serahkan Bantuan Non-tunai, Jokowi: Biar Tidak Dikorupsi)
Dengan begitu, selisih harga bahan pokok dalam kegiatan Operasi Pasar dengan harga eceran di pedagang pasar bisa ditekan. “Supaya adil buat para pedagang, dan masyarakat punya pilihan yang sama” katanya.
Enggar juga meminta peningkatan koordinasi antar instansi di daerah untuk menjaga keamanan produk pangan yang beredar. Sebab, pada tahun-tahun terdahulu sering ditemukan jajanan buka puasa yang mengandung pewarna atau pengawet berbahaya. Selain itu, produk pangan kedaluwarsa kerap juga dikemas ulang sebagai parsel Lebaran.