Tiga Bandara Baru di Maluku Utara Rampung Tahun Depan

Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi bandara
28/2/2017, 17.27 WIB

Pemerintah Provinsi Maluku Utara meminta Kementerian Perhubungan mengembangkan tiga bandara di wilayahnya. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan tiga bandara tersebut adalah Bandara Morotai, Bandara Kuabang (Kao), serta Bandara Oesman Sadik (Labuha).

Budi mengatakan bahwa pengembangan ketiga bandara itu akan memperkuat bandara Sultan Babullah di Ternate yang berstatus proyek strategis nasional. "Kami targetkan mungkin (pengembangan tiga bandara) selesai tahun 2018," kata Budi usai rapat terbatas di kantor Presiden, Jakarta, Selasa (28/2).

Budi menjelaskan, pemerintah daerah meminta tiga bandara tersebut dikembangkan karena aktivitas Gunung Gamalama di Ternate rentan mengganggu operasional Bandara Sultan Babullah.

(Baca juga: Menkeu Kritik Kementerian Sering Amburadul Rencanakan Anggaran)

Selain bandara, Budi juga mengatakan bahwa Kementerian Perhubungan tengah mengembangkan dua pelabuhan di Maluku Utara. Kedua pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Morotai dan Pelabuhan Sofifi.

Pelabuhan Morotai sendiri telah masuk dalam lampiran Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 sebagai proyek strategis nasional. "Pelabuhan Morotai ini penting karena akan jadi hub untuk perikanan," kata Budi.

Untuk menggarap proyek-proyek itu, Kementerian Perhubungan akan menyiapkan dana sebesar Rp 500 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Budi juga mengatakan anggaran tersebut cukup untuk membangun infastruktur konektivitas di Maluku Utara. "Kita pikir sedikit dananya, ternyata tidak ada persoalan," kata Budi.

(Baca juga:  Fokuskan Potensi Daerah, Jokowi Contoh Wisata Golf di California)

Sedangkan Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba menambahkan bahwa pengembangan ketiga bandara tersebut juga dapat dilakukan untuk memacu ekspor. Dirinya mencontohkan salah satu komoditas lokal yang dapat diekspor dengan moda pesawat terbang adalah ikan tuna.

"Selain itu Maluku Utara kira-kira terdiri dari 805 pulau, itu perlu (infrastruktur pendukung) konektivitas," katanya.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution