Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada Januari-Oktober 2016, ekspor mencapai US$ 313,61 juta. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan menyatatakan bahwa dengan nilai tersebut, produk rambut palsu Indonesia memiliki pangsa sebesar 7,28 persen terhadap total ekspor dunia.
Selain itu, karena impornya sangat minim, surplus neraca perdagangan yang disumbangkan rambut palsu tahun lalu mencapai US$ 311,7 juta. Namun, yang harus diantisipasi kini adalah ancaman proteksi dari Amerika Serikat, Negara tujuan ekspor utama rambut palsu.
“Untuk meningkatkan surplus, Indonesia perlu menggali potensi-potensi agar tidak terlalu bergantung pada Amerika Serikat, mengingat kondisi perdagangan luar negeri di sana yang diperkirakan akan lebih protektif terhadap impor,” kata Kepala BP3, Tjahya Widayanti, Jumat (20/1).
Sebelumnya, Donald Trump memang beberapa kali menjanjikan pengetatan impor dalam kampanyenya. Ia akan dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 pada 20 Januari 2017 waktu Washington.
Tjahja menyebut beberapa Negara lain yang dapat dijadikan alternatif untuk menggantikan pasar Amerika Serikat. “Berdasarkan analisis kami, negara-negara pasar potensial untuk produk rambut palsu Indonesia, yaitu Bangladesh, Nigeria, Iran, Inggris, dan Belanda,” ujarnya.
Ia menyebut, 66,94 persen ekspor rambut palsu Indonesia dikirim ke Amerika Serikat. Selain itu, produk rambut palsu Indonesia juga memiliki pangsa di Malaysia (12,66 persen), Inggris (4,69 persen), Jerman (3,42 persen), Korea Selatan (2,61 persen), dan Kanada (0,83 persen).
Tren kecantikan di Negeri Paman Sam memang sangat mendukung bagi perkembangan industri rambut palsu. Amerika Serikat kini mendominasi permintaan produk rambut palsu dunia dengan pangsa 48,38 persen. Dengan kata lain, mereka menyerap hampir setengah pasokan produk rambut palsu dunia.
Tingginya permintaan impor terutama berasal dari tren kecantikan menggunakan hair extension yang menyebar dari Hollywood. “Pengaruh dunia entertainment yakni mengikuti tren rambut selebritas merupakan faktor utama tingginya permintaan produk rambut palsu di Amerika Serikat," kata Tjahja.
Saat ini, Indonesia merupakan eksportir kedua terbesar rambut palsu di pasar dunia setelah Cina. Negeri Tirai Bambu itu masih menjadi pesaing utama Indonesia di pasar global dengan pangsa 78,59 persen.
Tjahya juga memaparkan strategi khusus untuk mengoptimalkan ekspor produk rambut palsu Indonesia. Di antaranya dengan meningkatkan peran perwakilan dagang di luar negeri untuk memfasilitasi pertemuan antara pengusaha di bidang kecantikan dan retail alat kosmetik di negara tujuan dengan eksportir produk rambut palsu Indonesia.
Ekspor rambut palsu memiliki pangsa sebesar 0,29 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. Adapun komposisi ekspor rambut palsu terdiri atas ekspor rambut palsu utuh (wig) dari bahan sintetik dengan pangsa 37,06 persen; jenggot, alis dan bulu mata palsu dari bahan sintetik sebesar 24,95 persen; wig, jenggot, alis, dan bulu mata palsu dari rambut manusia sebesar 22,19 persen; serta dari bahan lain sebesar 15,80 persen.