Salah satu buah lawatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ke Jepang pada pekan lalu yaitu dimatangkannya rencana pembangunan kereta cepat Jakarta – Surabaya. Dari pertemuan itu, investor Negeri Sakura tersebut berpeluang besar menggarapnya.
“Kalau Jepang memberikan kondisi yang lebih bagus, kenapa tidak. Dan ingat, sejarah hubungan kerja sama Jepang dengan Indonesia itu bagus,” kata Luhut di Istana Kepresidenan, Selasa, 11 Oktober 2016. (Baca juga: Konsorsium Kereta Cepat Belum Penuhi Syarat Utang dari Cina).
Sebagai tahap awal, kata Luhut, kedua negara akan melakukan survei bersama pada awal tahun depan. Langkah cepat ini mengingat dampak ekonomi yang besar dari proyek tersebut. Targetnya, paling telat pada kuartal kedua 2017 telah dilakukan studi setelah joint survey Indonesia-Jepang terbentuk.
Menurut Luhut, ada beberapa opsi dalam membangun proyek tersebut, misalnya terkait rute dan integrasi dengan moda transportasi lainnya. Dari sisi jalur, alternatif yang diajukan yakni dengan memanfaatkan rel Jakarta – Surabaya yang sudah ada. Dengan demikian akan dilakukan rekayasa penguatan bantalan rel kereta. (Baca juga: Izin Pembangunan Seluruh Proyek Kereta Cepat Terbit Pekan Depan).
Bila opsi ini yang dipilih, dia menghitung perlu ditingkakan keamanan dalam lintasan sebidang. Di lintasan tersebut kemungkinan dibuat jalur bawah atau underpass. “Dengan demikian, tidak ada lagi berhenti palang-palang yang menimbulkan banyak korban. Itu ada 1.000 titik kurang lebih,” kata Luhut.
Sarana ini kemungkinan akan dihubungkan dengan jalur kereta ke pelabuhan darat, seperti Dry Port Cikarang. Apalagi dry port tersebut sudah akan beroperasi pada akhir tahun ini menyusul jalur kereta Cikarang Port ke Tanjung Priok sudah mulai berjalan. Hal yang sama akan dilakukan di Semarang dan Surabaya.
Namun, Luhut melanjutkan, hingga saat ini belum ada pembicaraan mengintegrasikan proyek tersebut dengan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). KCIC merupakan konsorsium Badan Usaha Milik Negara dan perusahaan Cina.
Seperti diketahui, dalam perencanaan awal, investasi kereta Jakarta – Bandung diperkirakan memakan US$ 5,5 miliar, sekitar Rp 71,7 triliun. Namun perusahaan menyatakan angka tersebut akan berubah mengikuti perubahan teknis seperti pelebaran sumbu rel. Dampaknya, nilai pinjaman ke bank Cina, China Development Bank pun dapat membengkak. (Baca: Jonan Minta KCIC Beli Semua Lahan untuk Kereta Cepat).
Bila nilai investasi kereta cepat Jakarta – Bandung lebih dari US$ 5 miliar, menurut Luhut, investasi jalur Jakarta – Surabaya diperkirakan hanya US$ 2,5 – 3 miliar, atau maksimal Rp 39,1 triliun. Nilai yang lebih rendah ini mengingat jalur tersebut akan merevitalisasi rel yang sudah ada.
Karena kemungkinan yang menggarap investor nonpemerintah, maka pendanaannya tidak akan dijamin oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Ngapain kalau ada swasta masuk. Kita juga ingat, tahun depan itu duit tax amnesty hampir US$ 200 miliar mengalir ke Indonesia,” kata Luhut.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan revitalisasi jalur lama merupakan salah satu alternatif. Selain itu, bisa saja dibuka opsi untuk membangun rel baru. (Lihat pula: Peraturan Presiden Percepat Pembangunan Kereta Ringan LRT).
Kalau keputusannya merevitalsiasi atau meningkatkan yang ada dengan kereta yang baru dan menghilangkan lintasan sebidang, mestinya bisa,” ujar Budi. “Tapi profesional yang mesti menilai.”
Karenanya, dalam menentukan investasi, salah satunya mesti dikaitkan dengan besaran tarif angkutan kereta. Pemerintaah akan menunggu proposal dari investor yang berminat menggarap megaproyek tersebut setelah dilakukan studi tahap awal.
Bila benar terbangun, Budi memperkirakan waktu tempuh Jakarta - Semarang tiga jam, sehingga Jakarta - Surabaya kemungkinan enam jam. Waktu tempuh ini mempercepat hampir separuh dari perjalanan kereta saat ini yang mencapai sebelas jam.
“Kalau tarifnya kompetitif dan waktunya cukup bagus (cepat), ini akan jadi pilihan. Kalau sekarang dari Surabaya – Jakarta mau tidur di tempat males, karena lebih dari 11 jam,” ujarnya.