KATADATA ? Pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) mengaku mengalami kerugian, akibat perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditetapkan pemerintah awal tahun ini. Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) mengatakan kerugiannya bisa mencapai miliaran rupiah, dari selisih harga BBM.
Ketua Umum Hiswana Migas Eri Purnomohadi mengatakan penetapan harga BBM secara fluktuatif, telah memberi ketidakpastian terhadap iklim usaha. Jika pemerintah memberlakukan harga setiap satu bulan sekali, maka akan ada perubahan 12 kali setahun. Ini memang cukup merepotkan.
"Dari penurunan harga yang lalu saja, kerugian pemilik SPBU di seluruh Indonesia jumlahnya ratusan miliar rupiah. Ini semua ditanggung pengusaha," katanya seperti dikutip harian Investor Daily, Jumat (9/1).
Menurut Eri, banyak risiko yang harus ditanggung pengusaha dengan mekanisme harga secara fluktuatif. Memang sudah ada kenaikan margin keuntungan bagi pengusaha. Namun, ini belum bisa menjadi 'obat' bagi ketahanan pengusaha. Apalagi, sejumlah komponen biaya lainnya mengalami kenaikan, seperti ongkos angkut dan juga beban inflasi.
"Jika harga baru mengalami penurunan, kami memiliki kelebihan bayar. Sementara jika harga naik, tentu kami harus menebus BBM ke Pertamina dengan harga lebih tinggi lagi," ujarnya.