Kadin: Industri Farmasi & Teknologi Paling Kebal dari Pandemi Corona

KATADATA
Ilustrasi. Meski sempat terkendala bahan baku, industri farmasi menunjukkan peningkatan pasar selama pandemi virus corona.
Editor: Agustiyanti
8/5/2020, 21.15 WIB

Industri farmasi dan perusahaan berbasis teknologi paling kebal terhadap pandemi virus corona. Pasar kedua sektor industri tersebut justru meningkat pesat sejak virus tersebut merebak di akhir tahun lalu.

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia Shinta Kamdani mengatakan industri-industri lain seperti manufaktur, otomotif dan pariwisata diperkirakan akan sulit pulih. Pasalnya, sektor-sektor tersebut mengandalkan bahan baku dan pasar global untuk meningkatkan kinerjanya.

"Bisnis obat dan kesehatan yang paling maju walaupun kemarin juga yang farmasi punya masalah di bahan baku tapi paling tidak marketnya ada kemudian untuk perusahaan IT dan Teknologi bisa meningkatkan penjualan," kata Shinta kepada Katadata.co.id, Jumat (8/5).

Untuk memulihkan kembali seluruh sektor-sektor bisnis yang mengandalkan bahan baku atau market global diperlukan waktu yang cukup lama. Apalagi, belum ada yang dapat memastikan kapan wabah ini berakhir. 

(Baca: Chatib Basri Ungkap Potensi Bisnis di Era 'New Normal' Pandemi Corona)

Sementara bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah,  kondisi ini dapat dijadikan peluang dengan mengubah produksi pada jenis-jenis barang yang dibutuhkan saat ini. "Kalau di dalam negeri kita melihat potensi-potensi UMKM banyak kreativitas untuk memulai produksi barang-barang yang dibutuhkan," kata dia.

Di sisi lain, Shinta menilai pemerintah dapat memanfaatkan peluang rencana relokasi industri sejumlah manufaktur milik Amerika Serikat dari Tiongkok.  "AS sudah mengatakan akan relokasi dari Tiongkok, itu yang paling besar dan kami juga sudah mau lihat sampai sejauh mana perusahaan AS mau relokasi dan kita bisa ambil manfaatnya," ujar Shinta.

Kendati demikian, Shinta belum dapat memastikan berapa potensi investasi rencana relokasi industri tersebut. Namun jika pemerintah mampu memanfaatkannya, ini akan membantu proses pemulihan ekonomi domesti yang tengah terpukul corona.

(Baca: Pengusaha Bidik Relokasi Manufaktur AS dari Tiongkok Efek Corona)

Senada, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut sejumlah negara yang saat ini menjadikan Tiongkok sebagai basis produksi mulai ancang-ancang memindahkan sebagian bisnisnya ke negara lain. Hal ini dapat dilihat sebagai peluang untuk meningkatkan investasi di dalam negeri.  

"Pandemi ini menjadi pelajaran penting. Saat ini banyak produksi terkonsentrasi di Tiongkok. Ketika Tiongkok kena pandemi, collapse semuanya. Maka yang terjadi setelah ini, orang akan mulai memindahkan basis produksinya, mendifersifikasi ke banyak negara," ujar Chatib dalam diskusi Krisis Covid-19 & 'New Normal' Ekonomi Indonesia yang diselenggarakan Katadata.co.id, Jumat (8/5). 

Ia mencontohkan, Indonesia pernah berhasil mendapatkan investasi besar dari Toyota saat dirinya menjabat sebagai Kepala BKPM. Keberhasilan ini sebenarnya disebabkan oleh kondisi banjir di Thailand sehingga manufaktur asal Jepang tersebut perlu memindahkan sebagian produksinya. 

Reporter: Tri Kurnia Yunianto