Pulihkan Bisnis di Masa Pandemi, Industri Jamu Sasar Komunitas

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Penjual jamu keliling Tidar dengan menggunakan masker dan pelindung wajah menuntun sepeda di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Editor: Ekarina
23/6/2020, 21.03 WIB

(Baca: Imbas Corona, 30% Industri Jamu Tradisional Merumahkan Karyawan)

Meski begitu, peningkatan penjualan akan terjadi secara bertahap lantaran terpengaruh dengan adanya penurunan daya beli. "Prospek jamu ke depan tetap cerah asalkan bisa menghadapi tantangan dan meningkatkan inovasi kemasan harus berubah untuk milenial karena sekarang mereka mulai melirik manfaaat jamu untuk kesehatan," kata dia.

Sebelumnya, industri jamu mengalami tekanan hebat lantaran adanya pandemi virus corona. Hal ini diperburuk dengan adanya impor jamu secara besar-besaran dari Tiongkok. Padahal, jamu-jamu yang didatangkan belum terbukti secara klinis dapat menyembuhkan pasien.

(Baca: Obat Herbal Kekebalan Covid-19 Produksi Kalbe Farma Jalani Uji Klinik)

Bahkan, bahan baku jamu yang diimpor tersebut merupakan jamu masuk angin biasa yang dapat diproduksi dalam negeri sehingga dinilai berpotensi merusak industri jamu Tanah Air.

Di sisi lain, pengembangan industri jamu dalam negeri terkendala persyaratan uji klinis. Jamu dari Tiongkok tersebut juga mengandung bahan baku yang dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto