Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goal's mulai menjadi fokus perhatian perusahaan di Indonesia dalam menjalankan bisnis. Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk. Nurdiana Darus mengatakan, perusahaannya kini tengah mendorong ekonomi sirkular dengan meluncurkan bank sampah.
"Sejak 2008 dan sampai saat ini, kami membina 3.858 bank sampak di seluruh Indonesia," kata Nurdiana dalam webinar SAFE Forum 2020: Scale It Up!, Selasa (25/8).
Hingga 2019, Unilever telah menyerap 12.487 ton sampah non-organik. Produsen barang-barang konsumsi ini telah berkolaborasi dengan Google untuk mendampingi pebisnis bank sampah untuk mendaftarkan diri di platform Google My Business. Dengan demikian, lokasi bank sampah tersebut dapat ditelusuri melalui Google Maps atau mesin pencarian Google.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bank sampah berkontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7 persen. Angka ini setara dengan 1,4 juta ton sampah per tahun.
Sementara di tingkat global, Unilever juga berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, dan mengumpulkan kemasan plastik yang telah terjual. Seluruh komitmen tersebut ditargetkan berlaku pada 2025.
Untuk mendukung komitmen tersebut, Unilever Indonesia menyiapkan strategi less plastic, better plastic, dan no plastic. Pengurangan plastik dilakukan dengan mengurangi ketebalan dan ketinggian plastik.
Selain itu, Unilever berupaya untuk memakai kemasan daur ulang. Sebagai contoh, kecap Bango menggunakan kemasan dari botol daur ulang PET. "Dan ada strategi no plastic dengan meluncurkan pilot refiil station," ujar dia.
Sustainable Development Director Danone-AQUA Karyanto Wibowo mengatakan, pihaknya memiliki visi "One Planet, One Health". Dalam menjalankan visi tersebut, perusahaan mempunyai empat pilar, yaitu iklim, air, ekonomi sirkular, dan agrikultur.
Pada pilar iklim, Danone berupaya untuk melawan perubahan iklim dengan mendorong zero carbon pada 2050. Perusahaan juga berupaya untuk menjaga air sebagai sumber bahan baku tetap memberi kontribusi pada keberlanjutan.
Terkait pilar ekonomi sirkular, Danone berkomitmen menjadi perusahaan dengan kemasan 100% daur ulang pada 2025. Selain itu, Danone akan menggunakan minimum 50% material daur ulang pada kemasannya.
Sementara pilar agrikultur, Danone akan melibatkan para petani untuk melakukan operasional pertanian yang berkelanjutan. "Ini bagaimana kita melibatkan petani menjadi empower petani," ujarnya.
Sementara itu, Global Marketing Head/Director Mayora Group Ricky Afrianto menjelaskan langkah untuk membantu pencapaian SDG's antara lain dengan mengedukasi anak-anak untuk mengetahui pentingnya sarapan. "Sarapan berkorelasi dengan kesuksesan seseorang," katanya.
Sebanyak 7 dari 10 anak di Indonesia masih kekurangan gizisat sarapan. Kondisi ini tak jauh berbeda dari Filipina yang mencatatkan 6 dari 10 anak kekurangan gizi sarapan.
Pihaknya pun bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia untuk mengedukasi pentingnya sarapan kepada anak-anak. Sejak 2015, perusahaan telah melakukan edukasi kepada lebih dari 15 kota dan diikuti oleh lebih dari 450 ribu partisipan.
Edukasi juga dilakukan di Filipina dengan fokus pada 3 wilayah dan mencakup 900 distrik. Ia mencatat, lebih dari 350 ribu partisipan di Filipina mengikuti edukasi tersebut.
"Jadi, Energen melihat tantangan pemenuhan nutrisi bagi anak-anak sehingga kami bekerja sama dengan institusi atau lembaga dan expert," ujar dia