Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2025 sampai 2030. Butuh persiapan khusus agar bonus demografi dapat dimanfaatkan secara maksimum, di antaranya lewat investasi pada anak muda.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Axton Salim memberikan perhatian pada bonus demografi yang diperkirakan dengan komposisi usia 15-64 dengan 70% populasi merupakan kaum muda. "Itu akan memberikan nilai ekonomi pada negara," kata Axton pada webinar SAFE Forum 2020: Investing in Youth, Rabu (26/8).
Indofood mendukung persiapan bonus demografi dengan berinvestasi pada nutrisi untuk anak-anak. Berdasarkan data Global Nutrition Report, setiap investasi US$ 1 di bidang nutrisi, negara akan mendapatkan keutungan US$ 16 pada masa depan. Keuntungan terjadi lantaran produktivitas sumber daya manusia meningkat, penurunan penyakit menular, dan penurunan biaya layanan kesehatan.
Sementara untuk di Indonesia, setiap investasi sebesar US$ 1 pada nutrisi maka negara akan mendapatkan keuntungan US$ 48. "Investasi pada nutrisi di Indonesia akan memberikan keuntungan bagi negara karena selain stunting dan malnutrisi, Indonesia punya masalah obesitas juga," kata Axton.
Selain itu, edukasi terkait nutrisi juga dinilai penting untuk remaja putri. Pihaknya pun turut menggandeng Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan gizi kepada remaja putri.
Selain nutrisi, pendiri dan CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Foundation Veronica Colondam menilai pentingnya investasi pada bidang pendidikan untuk anak muda. Menurutnya, masyarakat ekonomi bawah menjadi kelompok yang rentan putus sekolah.
Bila tidak disiapkan, bonus demografi dapat menambah beban bagi negara. "Bonus demografi bisa jadi bukan bonus, malah menjadi kutuk kalau anak hari ini tidak bisa sekolah dan produktif, malah akan menjadi beban," ujar Veronica.
Ia menambahkan, investasi pada bidang pendidikan dapat dilakukan dalam jangka panjang. Anak-anak yang putus sekolah diupayakan untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan kerja yang berkualitas guna mempersiapkan era bonus demografi.
Hingga 2019, sebanyak 86% dari total murid di YACB yang mengejar paket C dan menempuh pendidikan vokasi telah bekerja. Tidak hanya itu, 1 dari 5 murid yang sudah bekerja merupakan pengusaha mikro.
Ia pun mengatakan, sejumlah murid yang telah menjadi pengusaha mendapatkan penghasilan hingga 10 kali lipat dari Upah Minimum Regional (UMR). Sejumlah pengusaha tersebut juga berhasil menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. "Jadi bukan sekadar berdayakan mereka yang putus sekolah. Kami memberikan pelatihan hingga siap kerja," ujar dia.