Pasok Kebutuhan Ramadan, 34 Ribu Ton Daging Sapi Impor Masuk April-Mei
Lebih dari 34 ribu ton daging sapi dan kerbau impor akan masuk ke Indonesia selama periode April hingga Mei untuk memenuhi kebutuhan di bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Impor dilakukan untuk menutup stok daging nasional yang saat ini masih mengalami defisit.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra juga mengatakan bahwa impor daging dilakukan untuk menjaga keseimbangan harga pasar dan menutupi kekurangan stok daging pada bulan Mei. Impor tersebut diharapkan bisa masuk sebelum lebaran.
“Dari 80.000 ton penugasan, informasinya di Maret akan masuk 2.772 ton, di April 20.000 ton dan Mei 14.000 ton. Kita harapkan yang Mei ini masuk sebelum hari raya, karena kalau setelah hari raya sudah lewat momennya,” ujarnya pada diskusi virtual bertajuk 'Mahalnya Harga Daging Sapi dan Kerbau, Apa Solusinya?', Senin (29/3).
Dia menyebutkan pada tiga bulan ke depan akan ada peningkatan kebutuhan konsumsi daging sapi dari 52.156 ton pada Maret, menjadi 59.979 ton pada April, dan 76.769 ton Mei. Oleh karena itu rencana impor daging beku ini harus terlaksana sesuai jadwal untuk menjaga stok dan stabilitas harga.
Sebelumnya Syailendra mengatakan kebutuhan konsumsi menjelang Ramadan dan lebaran bisa dipenuhi oleh peternak lokal, ia memperkirakan jumlah sapi peternak lokal mencapai 18 juta ekor. Ia menambahkan sekitar 4 juta dari jumlah tersebut siap dipotong untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) prognosa konsumsi per kapita per tahun sebesar 2,56 kg. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 227 juta jiwa, kebutuhan nasional mencapai sekitar 700 ribu ton.
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pujo Setio mengatakan bahwa dengan perhitungan BPS tersebut Indonesia bisa saja tidak harus melakukan impor.
“Kalau 4 juta ternak kita disembelih tidak perlu impor lagi, namun tidak semudah itu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu semua sapi siap potong," ujarnya pada kesempatan yang sama.
Ia menyebutkan bahwa basis peternakan sapi di Indonesia adalah berbasis peternakan rakyat yang bersifat tradisional. Peternak akan lebih banyak menyimpan ternaknya dan baru dijual sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu produksi daging sapi dan kerbau nasional tidak cukup untuk menutupi defisit kebutuhan daging nasional. “Mau tidak mau harus melakukan importasi baik dalam bentuk daging beku maupun sapi bakalan untuk menjaga ketersediaan stok sampai bulan Mei ini,” kata Pujo.
Kebutuhan Daging 2021 Hampir 700 Ribu Ton
Perhitungan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah, kebutuhan daging sapi/kerbau secara nasional untuk tahun ini sebanyak 696.956 ton. Angka itu diperoleh dari konsumsi per kapita sebesar 2,56 kilogram per tahun.
Sementara, ketersediaan atau pasokan daging sapi/kerbau lokal hanya 473.814 ton. Itu artinya, ada kekurangan sebanyak 223.142 ton. "Kekurangan tersebut akan dipenuhi dari impor, baik dalam bentuk sapi bakalan, bakalan yang dipotong, dan impor daging sapi/kerbau," ujarnya awal Februari, Selasa (9/2).
Nasrullah menyebut, dari stok akhir tahun lalu bisa diperoleh 58.725 ton untuk pemenuhan kebutuhan daging periode Januari hingga Maret 2022.
Nasrullah pun mengimbau importir daging yang telah mengantongi rekomendasi dan izin agar segera merealisasikan impor daging sapi beku pada Maret, April, dan Mei 2021. Dengan demikian, pasokan dan harga daging sapi bisa terjaga hingga memasuki Ramadan dan Idul Fitri 2021.
Jika kuota impor direalisasikan sepenuhnya, stok daging diperkirakan bisa mencapai surplus sebanyak 58.725 ton di akhir 2021. "Dari stok akhir tahun 2021 ini, akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan daging Januari sampai Maret tahun 2022," ujarnya.