Kinerja Industri Tekstil Memburuk, Ada Andil Serbuan Produk Impor

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Ilustrasi. Rata-rata utilisasi pabrik industri tekstil hanya mencapai 60% pada kuartal I 2021.
28/4/2021, 07.42 WIB

Kinerja industri tekstil pada kuartal pertama tahun ini justru memburuk di tengah optimisme pemerintah terhadap pemulihan ekonomi.  Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebutkan, rata-rata tingkat utilisasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hanya mencapai 6o%,  turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 70-80%. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil mengatakan, kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) belum pulih dari pukulan pandemi Covid-19. Selain permintaan yang masih lesu, maraknya penjualan pakaian impor juga mempengaruhi industri dalam negeri. 

“Kami belum dapat memprediksi akan seperti apa kinerja tahun ini.  Yang paling penting adalah adanya proteksi pasar dan menciptakan permintaan,” kata Rizal kepada Katadata, Selasa (27/4).

Ia menjelaskan, banyak produk pakaian impor dijual dengan harga sangat murah. Kondisi ini membuat produsen dalam negeri sulit bersaing. Tak heran, produk impor mendominasi pasar pakaian dalam negeri. 

“Masyarakat kita kan rata-rata cari barang yang harganya murah. Kalau pasar berisi barang impor yang harganya murah, jelas produk kami tidak mampu bersaing,” kata dia.

Di sisi lain, menurut dia, kenaikan permintaan menjelang Lebaran pada tahun ini tak signifikan. Permintaan lebih banyak datang di industri hilir untuk produk tekstil tertentu, seperti sarung dan gamis.

Rizal berharap pemerintah segera memberlakukan safeguard di industri garmen agar pasar dalam negeri terproteksi. “Safeguards ini sangat penting diberlakukan, agar harga produk-produk impor jadi tidak terlalu murah, sehingga konsumen bisa beralih ke produk dalam negeri,” kata dia.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi