Tingginya jumlah pasien Covid-19 membuat kebutuhan oksigen semakin besar, bahkan saat ini pasokannya sudah semakin menipis dan langka. Untuk mengatasi kelangkaan oksigen ini, pemerintah menyiapkan tiga strategi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan tiga strategi tersebut. Pertama, pemerintah akan membuka impor oksigen dari luar negeri. Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Perindustrian telah mengizinkan impor oksigen sebesar 600-700 ton per hari.
Strategi kedua, adalah dengan mengambil kelebihan suplai oksigen dari industri. Menurutnya, sejumlah perusahaan besar sudah banyak membantu memasok oksigen untuk medis.
"Perusahaan yang memiliki kelebihan suplai atau 'excess capacity' dari oksigennya sekitar 360-460 ton per hari yang juga dikoordinasikan dengan Kementerian Perindustrian, akan kami pakai," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (12/7).
Strategi ketiga, dengan mengimpor konsentrator oksigen untuk rumah sakit maupun rumah-rumah biasa. Konsentrator oksigen ini dapat mengambil oksigen dari udara kemudian diproses untuk dapat dihirup oleh pasien.
"Ini adalah alat kecil, harganya antara 600-800 dolar AS yang bisa dipasang di rumah sakit dan rumah-rumah untuk memproduksi oksigen dari udara yang penting ada koneksi listriknya saja," kata Budi.
Dalam konferensi pers yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan impor konsentrator oksigen tersebut dapat mengurangi penggunaan oksigen cair sebanyak 50 ribu tabung.
Saat ini pemerintah sudah memiliki hampir 10 ribu unit konsentrator oksigen yang akan dipinjamkan kepada pasien Covid-19. Oksigen konsentrator ini bisa digunakan untuk kasus-kasus yang ringan. Bila sudah selesai dipakai, pemerintah akan mengambilnya lagi.
"Itu 5 liter bisa dipakai selama 5 hari dan saya kira ini juga kalau Insya Allah ini selesai kasus Covid-19, masih bisa dibagikan ke rumah sakit," tambah Luhut.