Krisis pasokan komponen cip semikonduktor yang terjadi sejak awal tahun 2021 membuat kerugian industri otomotif global semakin melambung. Menurut perusahaan konsultan AlixPartners, krisis cip pada 2021 akan membuat sektor otomotif kehilangan pendapatan hampir Rp 3.000 triliun, yakni US$ 210 miliar, atau setara Rp 2.982 triliun pada tahun ini.
Dilansir dari Bloomberg, ini merupakan proyeksi ketiga yang dirilis AlixPartners untuk melihat dampak krisis cip semikonduktor tahun ini.
Pada bulan Januari lalu, kerugian industri tahun ini diperkirakan hanya sebesar US$ 61 miliar atau Rp 869,2 triliun. Proyeksi tu kemudian direvisi pada Mei dengan kerugian membesar menjadi US$ 110 miliar atau Rp 1.556 triliun.
Krisis cip semikonduktir juga diperkirakan membuat produksi kendaraan tahun ini turun 7,7 juta. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari prediksi perusahaan sebelumnya yang memperkirakan hanya akan berkurang 3,9 juta.
Meskipun upaya berkelanjutan untuk menopang rantai pasokan terus dilakukan di berbagai negara namun ketersediaan semikonduktor semakin menipis karena produsen mobil dan industri lainnya sudah tidak memiliki cadangan lagi.
“Pasokan sejumlah produsen sudah kosong, tidak ada lagi yang tersisa untuk dikikis,” kata Direktur Pelaksana Praktik Otomotif dan Industri AlixPartners Dan Hearsch, dikutip dari Bloomberg, Jumat (24/9).
Hearsch juga mengatakan bahwa penjualan akan semakin menurun karena tidak ada lagi cadangan komponen cip semikonduktor yang tersisa.
Produsen mobil sudah memperingatkan bahwa dampak dari kekurangan pasokan semikonduktor itu akan dapat menekan pendapatan pada kuartal III 2021. Terbaru, proyeksi penurunan penjualan itu diumumkan oleh unit usaha truk Volkswagen AG yakni Traton SE.
Pusat-pusat pemasok utama cip di Asia Tenggara, seperti Malaysia, harus menutup pabrik di tengah peningkatan penyebaran kasus Covid-19. Kondisi tersebut membuat waktu untuk memenuhi pesanan cip menjadi 21 minggu, rekor terlama hingga sampai sekarang.
Hearsch mengatakan, perlambatan waktu untuk memenuhi pesanan itu bisa berlangsung selama satu tahun. “Ini tentu terasa seperti kekurangan pasokan yang paling berlarut-larut yang pernah dialami industri karena ini belum berakhir,” katanya.
Menurut data Cox Automotive, seiring dengan berkurangnya persediaan unit di banyak dealer, harga mobil telah meroket mencapai rekor US$ 43.355 di AS pada bulan Agustus.
Hearsch mengatakan, dengan pasokan unit yang sangat terbatas, beberapa dealer terpaksa menyewa mobil sehingga mereka setidaknya memiliki sesuatu yang bisa dipajang di showroom mereka.
Sebelumnya, kelangkaan cip semikonduktor diperkirakan akan berlanjuta sampai akhir tahun 2022, bahkan masuk ke tahun 2023.
Dilansir dari BBC, CEO Daimler AG Ola Kallenius mengatakan, dampak krisis cip semikonduktor tak lepas dari pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh dunia.
Penutupan pabrik, kebijakan lockdown, serta pembatasan mobilitas membuat pemasok cip kesulitan untuk memproduksi dan mengirimnya. Sementara itu, perusahaan otomotif harus memangkas produksi mobil yang kemudian berpengaruh pada penjualan secara menyeluruh.
Salah satu produsen otomotif Indonesia yakni Honda Prospect Motors juga mulai merasakan dampak dari kelangkaan cip semikonduktor. Bussiness Inovation and Sales & Marketing Director HPM Yusak Billy mengatakan, produksi mobil Honda di Indonesia sudah terdampak krisis cip semikonduktor.
Namun, dia tidak menjelaskan seberapa besar dampak kelangkaan cip semikonduktor terhadap total produksi Honda.
"Gangguan pada pasokan komponen chip semikonduktor yang terjadi secara global ini memang berdampak pada produksi Honda di Indonesia. Berdasarkan informasi yang kami terima, saat ini terus diakukan berbagai upaya recovery dalam waktu yang secepat-cepatnya," kata Billy.