Kementerian Perdagangan (Kemendag) bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) serta para perusahaan pelayaran global atau main line operator (MLO) turun tangan menguraikan persoalan kelangkaan kontainer. Mereka akan memfasilitasi kontainer untuk sejumlah sektor.
Salah satu sektor yang difasilitasi antara lain, industri furnitur. Kemendag mencapai kesepakatan dengan MLO untuk memenuhi kebutuhan kontainer sebanyak 800 – 1.000 per bulan dengan tujuan ekspor New York, Los Angeles, Savannah, Baltimore dan Florida.
“Kelangkaan kontainer masih menjadi masalah yang serius bagi ekspor Indonesia, disaat kita sebenarnya kebanjiran order karena perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Kamis (30/9).
Selain industri furnitur, Kemendag juga memfasilitasi industri makanan dan minuman. MLO akan membantu memenuhi kebutuhan kontainer sebanyak 3.500 – 3.800 per bulan ke berbagai tujuan ekspor, antara lain ASEAN, Tiongkok, Korea Selatan, Hong Kong, Jepang, India, Pakistan, Rusia, Eropa, negara-negara Afrika, Amerika Utara, dan Timur Tengah.
Lutfi mengatakan, suplai kontainer yang diberikan cukup untuk mengatasi kelangkaan kontainer, sehingga industri dapat memanfaatkan banjir permintaan dari negara-negara yang biasa mendapatkan suplai barang dari Cina.
“Kebanjiran permintaan ini juga bisa dimanfaatkan, terutama untuk industri elektronik, alas kaki, garmen dan juga furniture. Maka dari itu kita cari terobosan-terobosan agar masalah kelangkaan dapat diatasi,” kata Mantan Dubes RI untuk Jepang dan Amerika Serikat.
Pihaknya telah membangun layanan suplai dan demand kontainer yang terintegrasi dengan INATRADE untuk menyediakan data kebutuhan kontainer bagi eksportir, menyediakan data suplai kontainer, dan validasi stakeholder yang meliputi eksportir, agen pelayaran dan agen depo kontainer.
Sebagai informasi, INATRADE merupakan sistem layanan yang dikelola Unit Pelayanan Perdagangan Kemendag sejak 2008 dalam proses menuju Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Sebelumnya, pelaku usaha menyebut kelangkaan kontainer dapat menghambat kinerja manufaktur dan dikhawatirkan juga dapat menekan ekspor Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto mengatakan, kelangkaan kontainer dipicu oleh kebijakan lockdown yang diterapkan banyak negara terutama negara tujuan ekspor.
Arus pergerakan kontainer mengalami penurunan bahkan terhenti karena banyak kontainer yang menumpuk di negara tujuan dan tidak bisa kembali karena tidak ada produk yang dibawa.
“Sehingga terjadi ketidakseimbangan volume kontainer, sementara kapal itu kalau mau bergerak harus ada muatan kan, kalau nggak ya tidak ada yang bayar,” kata Mahendra kepada Katadata awal September lalu.
Berkurangnya lalu lintas kontainer menyebabkan turunnya jumlah kapal yang beredar di lautan dan juga di hub perdagangan seperti Singapura, Tanjung Pelepas, Cina dan Korea Selatan.
Kekurangan jumlah kapal besar di hub tersebut juga menyebabkan barang dari Indonesia tidak bisa diekspor karena tidak ada pergerakan kontainer masuk ke Indonesia.
“Kalaupun kita bisa ekspor pasti terhenti di Singapura. terhambat karena untuk connecting ke negara tujuan ekspor masih harus menunggu sekitar satu sampai dua minggu,” kata dia.