Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan Pelabuhan Ambon Baru di Provinsi Maluku ditargetkan sudah dimulai pada akhir Desember 2021 atau paling lambat Januari tahun depan. Nilai investasinya mencapai Rp 5 triliun.
Anggaran pembangunan infrastruktur dasar pelabuhan Ambon baru akan diambil dari APBN.
Sementara itu, untuk pengembangan pelabuhan selanjutnya, akan dilakukan kerjasama pengelolaan Pelabuhan Ambon Baru antara Pelindo IV dengan pihak swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau pendanaan kreatif non APBN.
Skema investasi pelabuhan akan menggunakan skema kerja KPBU mencapai Rp 5 triliun.
“Berbagai upaya telah dilakukan. Salah satunya yaitu kami telah melakukan realokasi anggaran pembiayaan pembebasan lahan guna pembangunan awal Pelabuhan Ambon Baru ini,” jelas Budi Karya pada rapat progres rencana pembanguna pelabuhan Ambon Baru di Ambon, Maluku, dalam siaran pers, Kamis (7/10).
Juga hadir dalam rapat tersebut di antaranya Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan pejabat setempat.
Pembangunan pelabuhan baru di Ambon sangat diperlukan mengingat lokasi Pelabuhan Ambon eksisting berada di daerah pusat perdagangan, pemukiman dan fasilitas umum perkotaan lainnya.
Kondisi itu membuat pelabuhan ekisting sudah sulit untuk dikembangkan karena area lahan yang terbatas.
Pelabuhan eksisting juga sulit dikembangkan karena menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya adalah pelabuhan cargo dan petikemas eksisting akan mencapai kapasitas maksimum dalam 10-15 tahun.
Juga, Teluk Ambon sebagai akses pelayaran keluar dan menuju pelabuhan sangat padat, serta pelabuhan perikanan eksisting yang telah mencapai kapasitas maksimum.
“Dengan adanya kondisi tersebut, maka diperlukan pembangunan Pelabuhan Ambon Terpadu sebagai pusat pertumbuhan industri pengolahan ikan dan konsolidasi kargo dari wilayah Indonesia Timur,” kata Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II tersebut.
Pelabuhan Ambon Baru akan didorong sebagai penghubung antara Indonesia dan Australia khususnya konektivitas langsung dari Maluku ke Australia.
Pembangunan Pelabuhan Ambon Baru mengusung konsep pelabuhan yang terintegrasi. Pelabuhan baru itu akan memiliki sejumlah fasilitas seperti terminal peti kemas internasional dan domestik dan terminal roro.
Pelabuhan juga akan memiliki pelabuhan perikanan (TPI dan tempat pengolahan ikan), kawasan industri logistik, terminal LNG dan power plant, dengan panjang total dermaga 1000 m (ultimate).
Pelabuhan Ambon Baru akan berdiri di perbatasan Desa Waai dan Liang, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon. Lahan yang telah disediakan seluas 700 hektare yang terintegrasi antara pelabuhan logistik dan pelabuhan perikanan serta industri perikanan dalam satu lokasi.
Sementara itu, Luhut mendorong agar nantinya pelabuhan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Pelabuhan tersebut masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) tahun 2021.
Mantan Menteri ESDM tersebut juga meminta agar PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membantu mencari potensi pemanfaatan tidal wave, geothermal, dan angin di Provinsi Maluku.
Diketahui bahwa Maluku memiliki potensi gas sebanyak 500 megawatt (mw). Sementara itu, PT PLN siap mendukung 40 mw kebutuhan Pelabuhan Ambon Baru dari jumlah potensi listrik sebanyak 100 mw.
Memiliki posisi strategis di perbatasan Timor Leste, Australia, dan Papua Nugini, Maluku mempunyai potensi perikanan yang sangat besar.
Potensi hasil tangkapan perikanan di provinsi tersebut mencapai 4,7 juta ton per tahun, atau 37% dari total nasional.
Potensi terbesar adalah ikan pelagis termasuk di dalamnya ikan tuna, tongkol, cakalang, teri, dan kembung. Sabirin menambahkan potensi ikan yang boleh ditangkap di Maluku mencapai 4,7 juta per tahun.
Dari jumlah sebanyak itu hanya 543 ribu yang baru bisa ditangkap. Dengan adanya Ambon New Port, maka hasil tangkapan diharapkan naik menjadi 750 ribu per tahun.
Selain ikan tangkapan, di Maluku terdapat 183 ribu hektar yang berpotensi untuk budi daya perikanan. Namun, hanya tujuh ribu hektar yang bisa dimanfaatkan