Harga minyak goreng mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. Dalam sepekan, harga minyak goreng curah naik 3,2% menjadi Rp 16.100 per liter dari Rp 15.600 per liter.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) meminta pemerintah segera lakukan intervensi untuk mengatasi lonjakan harga minyak goreng yang sudah melampaui harga eceran tertinggi (HET) di beberapa daerah.
Sekretaris Jendral Ikappi Reynaldi Sarijowan mengatakan, sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, harga minyak goreng dalam negeri seharusnya bisa diintervensi.
"Kalau ikut harga CPO memang saat ini sedang tinggi-tingginya. Tapi kita ada regulasi yaitu harus mengikuti HET, kalau tidak bisa diikuti berarti harus ada regulasi lain dan pemerintah harus intervensi langsung kenaikan ini," kata Reynaldi kepada Katadata, Selasa (9/11).
Di beberapa pasar di Jakarta, harga minyak goreng sudah mencapai Rp 20.000 per liter, di Maluku bahkan menyentuh angka Rp 21.000 per liter.
Ia menyebut, kenaikan harga tersebut tidak wajar karena sudah jauh di atas HET yang sebesar Rp 12.500 - Rp 13.000.
Ia meminta pemerintah untuk segera mengambil langkah dengan duduk bersama para pemangku kepentingan.
Dalam hal ini, pengusaha dan produsen agar persoalan kenaikan harga ini dapat diatasi. Jika harga minyak goreng dapat ditekan, maka beban masyarakat dapat berkurang.
"Ini lagi pandemi, jadi kita dikagetkan dengan harga yang cukup tinggi, pedagang omzetnya juga sudah turun. Saya gak bisa bayangkan misalnya pedagang gorengan yang biasa bawa 10-20 liter, sekarang mungkin cuma sanggup 3-4 liter," kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan, akan menggandeng Asosiasi dan Produsen Minyak Goreng Sawit untuk menjaga pasokan minyak goreng, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru.
Kemendag meminta produsen minyak goreng sawit untuk tetap memproduksi minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan sederhana dengan harga terjangkau minimal hingga menjelang hari Natal dan Tahun Baru 2022.
“Kami juga terus memantau pendistribusiannya dengan menggandeng asosiasi ritel modern agar minyak goreng kemasan sederhana mudah dijangkau seluruh lapisan masyarakat," tutur Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan, dalam siaran pers, pekan lalu.
Dia menambahkan kenaikan harga minyak goreng lebih dikarenakan harga internasional yang naik cukup tajam.
Pasalnya, pasokan minyak goreng di masyarakat saat ini aman. Kebutuhan minyak goreng nasional sebesar 5,06 juta ton per tahun, sedangkan produksinya bisa mencapai 8,02 juta ton.
Oke mengatakan meskipun Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia namun kondisi di lapangan menunjukkan sebagian besar produsen minyak goreng tidak terintegrasi dengan produsen CPO.
"Dengan entitas bisnis yang berbeda, tentunya para produsen minyak goreng dalam negeri harus membeli CPO sesuai dengan harga pasar lelang dalam negeri,"tuturnya.