Bahan Baku Naik, RNI Sebut Gula Tidak Mungkin Dijual Rp 12.500/kg

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.
Pekerja menimbang dan mengemas gula pasir kiloan di Gudang Perum Bulog Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Jumat (2/4/2021). Kementerian Perdagangan menambahkan stok gula pasir impor untuk Pemerintah Aceh sebanyak 8.000 ton untuk memenuhi kebutuhan gula pasir selama bulan suci Ramadan dan Lebaran sekaligus untuk menstabilkan harga gula.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Maesaroh
17/1/2022, 15.52 WIB

Minimnya bahan baku gula di dalam negeri berdampak terhadap merangkaknya harga komoditas tersebut. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) pun mengaku sulit menurunkan harga gula domestik ke level Rp 12.500 per kilogram. 

Berdasarkan Situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHSP), gula pasir premium dijual Rp 15.450 per kilogram. Sementara itu, harga gula pasir lokal telah menyentuh level Rp 14.000 per kilogram. 

 "Hari ini, harga GKR (Gula Kristal Rafinasi) di luar negeri sangat tidak kompetitif, sehingga kalau kami masukkan hari ini (ke penggilingan) itu sangat tidak mungkin di jual dengan (harga) Rp 12.500," kata Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV, Senin (17/1). 

 Seperti diketahui, ada dua komoditas yang dapat menjadi bahan baku produksi gula, yakni GKR dan gula kristal mentah (GKM). 

Arief berujar pihaknya dapat menjaga harga gula pada 2021 karena dapat melakukan operasi pasar.

RNI memasukkan gula impor dan mengolahnya lagi sebelum didistribusikan sebelum bulan Ramadhan 2021. 

Saat itu, RNI diberikan penugasan untuk mengolah 57 ribu ton GKM. Hasil produksi tidak diberikan kepada Badan Ketahanan Pangan (BKP), namun langsung ke konsumen. 

Sebagai informasi, RNI memiliki kapasitas terpasang hingga 280 ribu ton atau setara dengan 13% dari total produksi gula nasional. Kapasitas terpasang itu terbagi menjadi lima pabrik, yakni tiga unit di Jawa Barat dan dua unit di Jabodetabek. 

 Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan perusahaan makanan dan minuman (mamin) nasional telah memiliki jaminan ketersediaan gula untuk industri.

Pasalnya, pemerintah telah memberikan ijin impor gula melalui mekanisme neraca komoditas untuk kebutuhan sepanjang 2022.  

Adhi menilai peningkatan harga gula akan tercermin pada harga produk mamin hingga Ramadhan 2022. Namun demikian, Adhi menilai hal itu tidak akan menahan laju permintaan mamin pada Bulan Suci tahun ini.  

"Kebanyakan produsen (mamin) sudah umumkan kenaikan harga berlaku Januari 2022. Kelihatannya permintaan menigkat sejak Desember kemarin dan berlanjut di Januari ini," kata Adhi kepada Katadata, Senin (17/1).

Reporter: Andi M. Arief