Indonesia Bidik Nilai Perdagangan dengan Korsel US$20 Miliar Tahun Ini

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) berbincang dengan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Moon Sun Wook usai konferensi pers di sela pertemuan kerjasama bidang ekonomi tingkat menteri di Jakarta, Selasa (22/2/2022).
Penulis: Andi M. Arief
22/2/2022, 20.43 WIB

LCI menargetkan pendapatan dari investasi ini mencapai US$ 2 miliar per tahun. Pasalnya, pabrikan ini akan terintegrasi dengan pabrik produsen polyethylene (PE), yakni PT Lotte Chemical Titan Nusantara Tbk.

Selain Lotte, perusahaan asal Korea Selatan yang merealisasikan investasinya adalah PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) senilai US$ 15 miliar. Pabrikan ini akan memproduksi mobil berlistrik atau electric vehicle (EV).

Pabrik baru Hyundai di Indonesia telah dibangun sejak Oktober 2021 dan direncanakan rampung pada April 2024. Selama 30 bulan konstruksi, HMMI berencana untuk memproduksi produk pilot. "Ini perlu terus didorong, terutama peningkatan kapasitas dan industri-industri penunjangnya," kata Airlangga.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan bahwa peluang untuk meningkatkan kerja sama antara kedua negara masih sangat besar.

"Kami menyadari bahwa menimbang kekuatan dan potensi ekonomi yang besar dari kedua negara, peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan kerja sama masih terbuka lebar," katanya.

Shinta pun menekankan masih ada potensi kerja sama yang prospektif terkait rantai pasok dan rantai nilai antara kedua negara masih bisa digali lebih dalam.

Kadin Indonesia, lanjut Shinta, telah mengidentifikasi sejumlah peluang kerja sama dengan Korea Selatan, khususnya dalam konteks rantai pasok dan rantai nilai. Sektor-sektor yang dibidik itu antara lain industri baterai listrik, industri kimia, industri baja, industri kesehatan dan energi hijau.

Halaman:
Reporter: Antara