Pertumbuhan penjualan semen nasional pada Januari-Februari 2022 mencapai dua digit secara tahunan, pertama kalinya sejak pandemi Covid-19. Namun, ekspor semen turun signifikan di awal 2022
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata penjualan semen domestik tumbuh 10,5% pada Januari-Februari 2022 secara tahunan menjadi 10,54 juta ton dari 9,54 juta ton. Presentasi pertumbuhan tertinggi terjadi di Pulau Kalimantan yang tumbuh 21,2% menjadi 691,82 ribu ton.
"Perkembangan konsumsi semen di semua pulau naik cukup menggembirakan," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso dalam keterangan tertulis, Selasa (22/3).
Adapun, penjualan dengan volume terbesar masih terjadi di Jawa yang mencapai 5,52 juta ton atau tumbuh 7,3%. Realisasi itu diikuti penjualan di Sumatra yang tumbuh 10,2% menjadi 2,36 juta ton.
Namun, kinerja ekspor semen nasional melanjutkan tren penurunan hingga Februari. Pada dua bulan pertama 2022, volume ekspor semen anjlok 35%.
Volume penjualan semen ekspor telah melandai sejak paruh kedua 2021. Pertumbuhan volume penjualan semen ekspor mulai negatif sejak kuartal IV/2021 hingga saat ini.
Akar permasalahan dari penurunan performa ekspor semen adalah harga dan ketersediaan batu bara di dalam negeri. Widodo menyebutkan ketersediaan batu bara untuk produksi semen kurang dari satu bulan.
"Selain harga yang masih tinggi, persediaan batu bara di pabrik relatif belum banyak. Jika (pabrik memproduksi semen) ekspor, pasokan (semen) dalam negeri takut terganggu karena kondisi (ketersediaan) batu bara di pabrik baru sekitar dua minggu saja," ujar Widodo.
Menurut Widodo, kinerja ekspor menjadi penting bagi industri semen nasional. Pasalnya, penjualan di pasar internasional dapat meringankan beban oversupply yang menjadi masalah utama industri semen di dalam negeri.
Dia menghitung, saat ini industri semen domestik mengalami oversupply sebanyak 38 juta ton per tahun. Pada 2021, utilisasi industri semen masih di level 67%.
Dia menilai isu oversupply masih akan membayangi kinerja industri semen tahun ini. Sebagai informasi, pemerintah telah berkomitmen untuk menghentikan penerbitan izin pabrik semen baru, kecuali untuk pendirian di wilayah Papua.
Selain oversupply Widodo mengatakan, isu harga batu bara dan penerapan kebijakan Zero Over Dimention Over Load (ODOL) akan berdampak pada kinerja industri semen. Namun, pabrikan optimistis kinerja industri semen dapat tumbuh hingga 5% pada akhir 2022.
Dengan kata lain, performa industri semen pada tahun ini akan melambat lantaran pertumbuhan volume penjualan semen pada 2021 mencapai 77,82 juta ton atau tumbuh 8% secara tahunan. Pertumbuhan itu didorong oleh kinerja ekspor yang naik 24% menjadi 11,6 juta ton.
Berdasarkan data survei geologis Amerika Serikat (AS) atau US Geological Survey, total produksi semen di seluruh dunia pada 20021 mencapai 4,4 miliar metrik ton. Capaian ini meningkat 4,76% dari produksi tahun sebelumnya yang berjumlah 4,2 miliar metrik ton. Berikut grafik Databoks: