Harga kedelai terus menanjak dalam enam bulan terakhir. Berdasarkan data Business Insider, harga kedelai mencapai USS 17,11 per bushel, Selasa (22/3). Angka tersebut menyamai harga yang dicetak pada September 2012.
Lonjakan harga kedelai yang tinggi dipicu negara produsen mengalami penurunan produksi karena cuaca ekstrem. Di tengah pasokan yang berkurang, Argentina menahan ekspor lima juta ton minyak kedelai dan produk lainnya pada pekan lalu. Penahanan ekspor tersebut semakin mengguncang pasar kedelai global yang mengalami kenaikan sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Pedagang kedelai mengatakan, penghentian ekspor Argentina secara tiba-tiba tersebut membuat importir akan mencari pasokan pengganti ke Amerika Serikat (AS) dan Brasil. "Pembeli tidak punya pilihan selain mengurangi konsumsi atau pergi ke sumber pasokan alternatif," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura dikutip dari Reuters, Selasa (22/3).
Penyumbang kenaikan harga juga datang dari permintaan kedelai yang meningkat dari Cina. Negeri Panda merestruktrisasi industri peternakan yang menyebabkan permintaan impor kedelai dari Amerika latin bertambah.
Berdasarkan data Bea Cukai Cina, impor kedelai dari Brasil naik signifikan dalam dua bulan pertama 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pembeli kedelai terbesar dunia, Cina membawa 3,51 juta ton minyak biji-bijian dari Brasil, naik 241% dari 1,03 juta ton pada tahun sebelumnya. Selain dari Brasil, Cina juga impor 10,04 juta ton kedelai dari Amerika Serikat pada kurun waktu yang sama.
Pengaruh lonjakan inflasi Amerika juga akan turut menaikkan harga komoditas termasuk kedelai. Kementerian Perdagangan pun tengah mengajukan subsidi untuk komoditas. Hal ini untuk mendukung ketersedian bahan baku, agar terjangkau bagi pengrajin tempe dan tahu Tanah Air.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag, Isy Karim mengatakan pihaknya belum menentukan skema subsidi yang akan dipakai nantinya. Ketersediaan kedelai dinilai penting lantaran saat ini pasokan kedelai dianggap tidak akan cukup hingga Ramadhan 2022 atau April 2022.
"Tidak ada pilihan (selain subsidi). Yang diminta (pengrajin tempe-tahu, harga kedelai) stabil selama tiga bulan, sedangkan sampai saat ini importir belum berani untuk Maret 2022," kata Isy kepada Katadata, Jumat (18/2/20222).
Berdasarkan data US Departemen of Agriculture (USDA), produksi kedelai dunia banyak didominasi oleh negara-negara di Benua Amerika. Berikut grafik Databoks: