Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Uji Coba November 2022

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Foto udara proyek Tunnel 6 Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepanjang panjang 4.478 meter atau 4,4 kilometer yang berlokasi di kawasan Depok, Cikalong Wetan, Purwakarta, Kamis (27/1/2022).
8/4/2022, 07.46 WIB

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Dwiyana Slamet Riyadi membahas persiapan uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Uji coba tersebut akan dilakukan bertepatan dengan perhelatan G20 pada November 2022.

"Berita baik di bulan November 2022 pada perhelatan G20, Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan memulai uji coba pengoperasian," kata Ridwan Kamil dalam konferensi pers di Gedung Pakuan, Bandung, Kamis (7/4).

Pria yang akrab disapa Emil ini juga membahas progres pembangunan Proyek KCJB yang sudah mencapai 80 persen. Moda transportasi itu ditargetkan beroperasi untuk melayani masyarakat pada Juni 2023.

"Semua sesuai dengan progres. Jadi tidak betul tak ada pergerakan karena per hari ini sudah sesuai dengan target 80 persen. Untuk pengoperasiannya sesuai dengan yang sudah disepakati, yaitu pada bulan Juni 2023. Penumpang pertama sudah bisa menggunakan kereta yang kita tunggu-tunggu ini," ucap Emil.

 Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik, Emil mengatakan, banyak pelaku usaha properti yang berminat membangun bisnis di titik Transit Oriented Development (TOD). Titik paling progresif yang banyak diminati investor adalah di Stasiun Halim, Jakarta.

"Di Halim sudah ada pengembang yang akan membangun rumah sakit, mal, dan lain-lain. Kemudian TOD di Karawang ada hotel dan perkantoran," ujarnya.

Emil menuturkan, Stasiun KCJB juga akan dibangun di titik Walini, Kabupaten Bandung Barat, yang bekerja sama dengan pihak ketiga. Sementara itu di Stasiun akhir KCJB yaitu Tegalluar Bandung, akan dibangun jembatan penyeberangan untuk kendaraan.

"Ada opsi pihak ketiga menyumbangkan stasiunnya, sehingga dengan PTPN VIII bisa mengembangkan Kota Baru Walini," ujarnya.

Menurut Emil, hadirnya KCJB bukan semata-mata sebagai alat transportasi. Jauh lebih penting, KCJB merupakan alat pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah jalur Jakarta-Bandung.

 Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, semua kendala mengenai pembangunan terowongan sudah diselesaikan. Dari total 13 terowongan, saat ini sudah terbangun 12.  Ia memastikan, selesainya pembangunan terowongan akan membantu progres pembangunan bidang lainnya.

"Kita sudah melintasi Kilometer 145 ke arah Tegalluar, dan Cileunyi. Jadi kendala di tunnel sudah selesai, dari 13 tinggal satu tunnel. Saat ini sudah melintasi Kilometer 145 ke arah Tegalluar, dan  Cileunyi," ujarnya.

Proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya (cost overrun). Awalnya, estimasi biaya proyek kereta cepat berkisar US$6,1 miliar dengan alokasi US$4,8 miliar untuk komponen konstruksi (Engineering-Procurement-Construction/EPC) dan US$1,3 miliar non-EPC. Kemudian, pihak Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengestimasikan terdapat pembengkakan biaya sebesar US$2,5 miliar menjadi US$8,6 miliar pada November 2020 karena adanya kenaikan dari EPC menjadi US$6,4 miliar dan non-EPC menjadi US$2,2 miliar.

Setelah itu, pihak manajemen KCIC terbaru menekan estimasi nilai pembengkakan biaya menjadi US$8 miliar. Artinya pembengkakan biaya dari estimasi terbaru terhadap biaya awal sebesar US$1,9 miliar. Kendati nilai pembengkakan biaya menurun, tetapi masih terdapat kenaikan dari EPC menjadi US$6 miliar dan non-EPC menjadi US$2 miliar.

Terdapat lima penyebab pembengkakan proyek kereta cepat. Penyebab terbesar adalah kenaikan dari EPC sekitar US$ 600 juta hingga US$1,2 miliar.