Kementerian Perdagangan akan menaikkan sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) gula kristal putih menjadi Rp 14.500 per kilogram, khususnya untuk wilayah Indonesia timur. Kebijakan itu dilakukan karena ketersediaan gula di pasar yang menipis, sementara permintaan meningkat selama Ramadan dan Idul Fitri.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, ada potensi kelangkaan gula di bagian timur Indonesia. Strategi yang diterapkan Kemendag untuk menangkal potensi tersebut adalah mengizinkan distributor untuk menaikkan harga jual di bagian timur Indonesia senilai Rp 14.500 per kilogram (Kg). Sebelumnya, HET gula pasir ditetapkan senilai Rp 13.500 per Kg.
"Bahkan untuk wilayah timur, karena ada terjadi potensi kelangkaan, kita relaksasi (HET) jadi Rp 14.500. Tapi dalam proses untuk itu," ujar Oke di Pasar Cibinong, Selasa (12/4).
Dia mengatakan, stok gula impor saat ini masih ada. Namun, Kemendag menahan distribusi gula impor tersebut karena sebentar lagi masa panen tebu.
Industri penggilingan gula akan serentak berproduksi pada awal Mei. Dengan demikian, Oke khawatir harga gula di tingkat petani jadi tertekan apabila gula impor didistribusikan saat ini. "Pasokan saat ini sudah ada, tapi kami harus hati-hati karena mulai musim giling," kata Oke.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID FOOD, Frans Marganda Tambunan, mengatakan baru akan memulai proses penggilingan gula pada 10 Mei 2022. Saat ini, perseroan sedang mendapatkan penugasan untuk membantu distribusi gula dan minyak goreng ke wilayah timur Indonesia.
Frans mengatakan, ID FOOD akan menyalurkan 12.000 - 20.000 ton gula kristal putih (GKP) ke Indonesia bagian timur. Harga gula tersebut ditaksir senilai Rp 14.500 bagi gula konsumsi dan Rp 14.000 untuk gula curah.
Untuk menjaga harga jual tersebut, Frans menyampaikan pihaknya akan menggunakan fasilitas Tol Laut. Selain itu, ID FOOD juga akan bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN), Perum Bulog, PT Pos Indonesia, dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menyukseskan program distribusi tersebut.
"Kami lagi hitung biayanya. Yang jadi isu, bawa barang ke sana, pulang bawa apa? Kami sinergikan supaya saat pergi dan pulang muatannya ada," kata Frans.
Frans mengatakan kondisi minimnya ketersediaan gula ini hanya bersifat sementara. Pasalnya, industri mulai menggiling tebu pada kuartal II/2022.
Berdasarkan catatan APTRI, pabrikan gula di Pulau Sumatra memulai penggilingan pada April 2022, pabrikan di Pulau Jawa pada Mei 2022, dan pabrikan di Pulau Sulawesi pada Juni 2022. Akan tetapi, Frans menargetkan distribusi gula tersebut dapat rampung sebelum Lebaran 2022.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mencatat gula mentah kristal merupakan komoditas yang paling banyak diimpor pada 2020 yaitu sebanyak 5,26 juta ton.