Pesawat jet berbadan sempit (narrow body) C919 buatan Cina, menyelesaikan semua proses uji coba terbang. Pesawat itu disebut dirancang untuk menentang duopoli Airbus dan Boeing.
Pabrikan milik negara Commercial Aircraft Corp of China (COMAC) mengatakan di akun media sosial resminya bahwa enam pesawat uji telah menyelesaikan tugas pengujian. Saat ini mereka tengah memasuki tahap akhir menerima sertifikat dari Administrasi Penerbangan Sipil China yang merupakan diperlukan untuk operasi komersial.
"Itu akan menandai tonggak dalam ambisi Cina untuk mendaki rantai pasokan manufaktur," tulis keterangan tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/7).
Pesawat dirancang untuk bersaing secara langsung dengan keluarga Boeing 737 MAX dan Airbus 320neo. Dirakit di Cina, pesawat itu sangat bergantung pada komponen Barat, termasuk mesin dan avionik.
Program pesawat C919 telah diluncurkan sejak 2008. Program tersebut sempat menghadapi berbagai masalah teknis dan kesulitan pasokan akibat kontrol ekspor Amerika Serikat yang lebih ketat.
China Eastern Airlines milik negara telah memesan lima jet C919 pada Maret 2021. Changjiang Daily, sebuah surat kabar milik pemerintah daerah Wuhan, mengatakan dalam sebuah laporan pada 8 Juli bahwa maskapai tersebut dijadwalkan menerima pengiriman pertama pada Agustus.
Sepanjang 2020, sebanyak 822 pesawat dari berbagai pabrik dikirim ke maskapai penerbangan. Airbus menguasai pasar pengiriman tersebut, yakni 550 unit atau 66,9%. Selanjutnya, Boeing dengan 152 unit (18,5%) dan Embraer 44 unit (5,4%).
Sementara itu, produsen pesawat lainnya berbagi pangsa pasar di kisaran 1-2%. Mereka adalah COMAC sebanyak 20 unit, Bombardier 17 unit, Sukhoi 16 unit, ATR 15 unit, dan De Havilland Canada 8 unit.