Kapal Pertama Pengangkut Ekspor Biji-bijian Ukraina Berangkat ke Turki
Sebuah kapal yang mengangkut biji-bijian telah berangkat dari pelabuhan Odesa di Ukraina dan dijadwalkan tiba di Istanbul, Turki, pada Selasa (2/8) pukul 12.00 GMT (19.00 WIB). Kapal itu merupakan pengangkut ekspor pertama pasca kesepakatan Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Kapal itu akan berlabuh di lepas pantai Istanbul sekitar pukul 15.00 (waktu setempat) untuk inspeksi bersama," kata kata Menteri Pertahanan Nasional Turki Hulusi Akar kepada Anadolu di Ankara, seperti dikutip dari Antara, Senin (1/8).
Kapal kargo Razoni berbendera Sierra Leone itu membawa 26.527 ton jagung. Setelah inspeksi di Istanbul, kapal akan melanjutkan perjalanan ke Tripoli, Libya.
Akar mengatakan bahwa upaya pengiriman biji-bijian dari Ukraina akan terus berlanjut, karena hal itu merupakan "masalah kemanusiaan". "Kapal-kapal berikutnya juga akan terus berjalan tanpa gangguan," kata dia, menegaskan.
Pengiriman ekspor tersebut merupakan buah dari kesepakatan Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dua negara tersebut menandatangani kesepakatan untuk membuka kembali tiga pelabuhan Ukraina yaitu Odesa, Chernomorsk, dan Yuzhny, guna melanjutkan ekspor biji-bijian yang telah terhenti selama berbulan-bulan akibat perang yang sedang berlangsung.
Untuk mengawasi ekspor biji-bijian Ukraina, pusat koordinasi bersama di Istanbul secara resmi telah dibuka. Pusat koordinasi tersebut beranggotakan perwakilan dari Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina untuk menyediakan transportasi yang aman bagi kapal-kapal dagang yang mengangkut bahan pangan komersial dan pupuk dari tiga pelabuhan utama Ukraina di Laut Hitam.
Akar mengatakan krisis pangan global harus diatasi sebelum dapat memicu migrasi. "Masalah ini dapat membawa gelombang migrasi serius dari Afrika ke Eropa dan Turki," kata dia.
Mengenai biji-bijian dan bahan kimia yang menunggu pengiriman dari pelabuhan Rusia, Akar mengatakan Turki akan dengan senang hati berkontribusi dalam urusan ekspor tersebut.
Berdasarkan analisis Pusat Penelitian Pangan dan Penggunaan Lahan Institut Ekonomi Sekolah Kyiv bekerja sama dengan Kementerian Pertanian Ukraina, sektor pertanian negara tersebut sejauh ini menderita kerugian sebesar US$4,29 miliar akibat invasi Rusia. Tercatat, invasi Rusia telah membunuh lebih dari 5,7 juta ekor unggas, 258.000 ekor babi, 92.000 ekor sapi, dan 42.000 domba dan kambing.
Selain bahan makanan, harga benih, pupuk, dan bahan bakar telah meningkat rata-rata 35-45% di seluruh Ukraina. Menurut data Famine Early Warning Systems Network (FEWSNET), produksi pertanian tanaman musim dingin dan semi dapat menurun sebanyak 25%-50%.