Pelabuhan Ukraina Dihantam Rudal, Ancam Kesepakatan Ekspor Pangan

Tia Dwitiani Komalasari
24 Juli 2022, 09:04
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api akibat serangan rudal ke Pelabuhan Odesa, Ukraina, Sabtu (23/7).
Press service of the Joint Forces of the South Defence/Handout via REUTERS
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api akibat serangan rudal ke Pelabuhan Odesa, Ukraina, Sabtu (23/7).

Militer Ukraina menyatakan bahwa rudal Rusia menghantam pelabuhan Odesa di selatan ">Ukraina pada Sabtu (23/7). Namun demikian, pejabat Rusia menyatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan serangan tersebut.

Serangan ke pelabuhan tersebut mengancam kesepakatan yang ditandatangani hanya sehari sebelumnya untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam.  Rusia dan Ukraina telah menandatangani kesepakatan ekspor pangan yang dimediasi oleh PBB dan Turki, Jumat (22/7).

Kesepakatan yang mengizinkan ekspor biji-bijian dikirim dari pelabuhan Laut Hitam termasuk Odesa ini sangat penting untuk menekan lonjakan harga pangan global. Pejabat PBB berharap perjanjian tersebut dapat bertahan dala beberapa pekan.

Serangan di Odesa mendapat kecaman keras dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Italia. Namun demikian, penyiar publik Suspilne yang mengutip militer Ukraina mengatakan bahwa rudal itu tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan. Dengan demikian, persiapan untuk memulai kembali ekspor gandum dari pelabuhan laut hitam terus berlangsung.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, menyebut serangan itu sebagai "barbarisme" yang menunjukkan bahwa Rusia tidak dapat dipercaya untuk mengimplementasikan kesepakatan ekspor pangan tersebut. Menurut militer Ukraina, dua rudal Kalibr Rusia menghantam area stasiun pompa di pelabuhan; dan dua lainnya ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan udara. Juru bicara angkatan udara Ukraina, Yuriy Ignat, bahwa mengatakan rudal ditembakkan dari kapal perang di Laut Hitam dekat Krimea.

"Sayangnya ada yang terluka. Infrastruktur pelabuhan rusak," kata Gubernur Odesa Maksym Marchenko seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/7).

Namun demikian Menteri Infrastruktur Ukraina,Oleksandr Kubrakov, mengatakan di Facebook bahwa pihaknya tetap melanjutkan persiapan teknis untuk peluncuran ekspor produk pertanian dari negaranya.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Antony Blinken, mengatakan bahwa serangan ini menimbulkan keraguan serius pada kredibilitas komitmen Rusia untuk kesepakatan kemarin. "Rusia memikul tanggung jawab untuk memperdalam krisis pangan global dan harus menghentikan agresinya," tambahnya.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan dengan tegas mengutuk serangan itu. Pasalnya implementasi penuh dari kesepakatan itu sangat penting.

Rusia Menyanggah
Namun demikian, Menteri pertahanan Turki, Hulusai Akar, mengatakan bahwa Rusia menyanggah serangan tersebut.

"Rusia mengatakan kepada kami bahwa mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan serangan ini. Fakta bahwa insiden seperti itu terjadi tepat setelah kesepakatan yang kami buat kemarin benar-benar membuat kami khawatir," kata Akar.

Sebelumnya, Rusia, Ukraina, PBB, dan Turki telah sepakat akan mengelola Pusat Koordinasi Gabungan (JCC). Pusat Koordinasi Gabungan ini akan memantau kapal-kapal yang transit di Laut Hitam ke Selat Bosphorus Turki, sebelum akhirny pergi ke berbagai negara dunia.

Semua pihak sepakat pada hari Jumat bahwa tidak akan ada serangan terhadap entitas ini. Kesepakatan itu akan memulihkan pengiriman biji-bijian dari tiga pelabuhan yang dibuka kembali ke tingkat sebelum perang sebesar 5 juta ton per bulan.

Dalam 100 hari pertama perang, Rusia telah mengantongi pendapatan dari ekspor energi fosil sebesar €93 miliar atau sekitar Rp1,42 kuadriliun (kurs Rp15.322 per euro).

Sedangkan Ukraina, sejak awal perang sampai 12 Juli 2022 hanya menerima anggaran US$24,54 miliar atau sekitar Rp369,17 triliun (kurs Rp15.043 per US$), itupun mayoritasnya berupa utang.

"Sumber pembiayaan anggaran negara Ukraina sejak 24 Februari hingga 12 Juli adalah obligasi perang, pinjaman dari lembaga internasional, serta pinjaman dan hibah bilateral," ungkap Kementerian Keuangan Ukraina di situs resminya, Selasa (12/7/2022).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...