Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%. Kebijakan ini mengancam penjualan properti yang mayoritas menggunakan fasilitas kredit perbankan.
PT Pikko Land Development Tbk mencatat sebanyak 80% penjualan apartemen perseroan saat ini menggunakan kredit pemilikan apartemen atau KPA. Angka tersebut naik dari performa emiten properti berkode RODA ini pada masa pra-pandemi atau pada 2015 sebanyak 20% dari total penjualan.
"Jadi, kalau Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan, itu akan berpengaruh. Cenderung turun penjualannya," kata Marketing Director RODA, Sicilia Alexander Setiawan, dalam Property Point, yang dikutip Kamis (22/9).
Sicilia menilai kenaikan suku bunga acuan tersebut akan tambah menekan performa industri properti saat ini. Menurutnya, penjualan properti pada tahun ini telah ditekan oleh faktor ketidakpastian kondisi global, pertumbuhan inflasi, dan kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.
Di samping itu, Sicilia mengatakan suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh perbankan belum naik pada bulan ini. Namun demikian, sektor perbankan akan mulai menaikkan suku bunga pinjaman pada Oktober 2022.
"Jadi, kami dorong penjualan pada September 2022 ini dan karena masih ada Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah," kata Sicilia.
Konsultan Properti Anton Sitorus mengatakan kenaikan suku bunga acuan tidak berpengaruh banyak pada performa industri properti secara historis. Namun demikian, tingginya inflasi dan kenaikan harga BBM membuat kenaikan suku bunga acuan akan berdampak signifikan pada industri properti.
Anton mengatakan, kenaikan harga BBM akan menggerus daya beli masyarakat dan menaikkan inflasi. Oleh karena itu, penjualan properti pada segmen menengah dan bawah akan terdampak akibat kenaikan suku bunga acuan tersebut.
"Perlu dilihat sampai sejauh mana pertumbuhan inflasi akan berlangsung, dan ini memang yang menjadi perhatian di pasar saat ini," kata Anton.
Suku Bunga BI Naik
Bank Indonesia menyatakan kenaikan suku bunga dilakukan untuk mengendalikan inflasi yang berpotensi meningkat seiring kenaikan harga BBM awal bulan ini. Alhasil, suku bunga simpanan naik menjadi 3,5%, sementara itu suku bunga pinjaman tumbuh menjadi 5%.
Kenaikan suku bunga BI juga dilakukan tepat setelah tadi malam Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve sebesar 75 bps. The Fed masih agresif menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi di Amerika Serikat.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia merupakan langkah antisipasi untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan mengembalikan inflasi inti ke kisaran 3,5%. Inflasi berpotensi meningkat akibat kenaikan harga Pertalite, Solar, dan Pertamax.
Perry mengatakan, kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah hingga pemberian bantuan sosial untuk mengendalikan dampaknya mempengaruhi inflasi. Dampak kenaikan harga BBM secara tidak langsung akan terjadi hingga tiga bulan.
Berdasarkan survei pemantauan harga BI hingga pekan ketiga, inflasi diperkirakan mencapai 5,89% pada bulan ini. "Tertinggi tentu inflasi bulan ini, karena ada dampak langsung penyesuaian harga BBM," kata dia.
BI juga akan memantau dampak tidak langsung kenaikan harga BBM hingga tiga bulan ke depan. Dampak kenaikan harga BBM, menurut dia, akan mendorong inflasi hingga akhir tahun menjadi di atas 6% pada tahun ini.