Indeks Kepercayaan Industri Capai 50,89, Otomotif Paling Ekspansif

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/nym.
Petugas memberikan penjelasan kepada pengunjung di dalam bus listrik pada Pameran Kendaraan Listrik Berbasis Baterai dalam rangkaian KTT G20 di Bali Collection, Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022). Pameran tersebut diikuti 28 produsen otomotif.
1/12/2022, 07.59 WIB

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin merilis Indeks Kepercayaan Industri atau IKI yang bertujuan untuk mendiagnosa permasalahan sektor industri. Indeks Kepercayaan Industri  November 2022 tercatat 50,89 yang artinya industri tetap bertumbuh dan ekspansif.

 "Hari ini kita launching hasil survei perdana dan Alhamdulillah hasil survei IKI sebesar 50,89 artinya industri manufaktur ekspansif dan ada optimisme bagi perekonomian nasional secara utuh," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam paparannya pada acara "Launching Indeks Kepercayaan Industri atau IKI" di Jakarta, Rabu (30/11).

Agus mengatakan, angka 50,89 menggambarkan bahwa sektor industri masih sangat baik. Hal itu terutama dalam kondisi global yg masih tertekan seperti saat ini serta diprediksi akan mengalami resesi di 2023 mendatang,

Dia mengatakan, IKI melibatkan 23 subsektor industri dengan 2000 responden yang nantinya akan dikeluarkan setiap bulan. Jumlah responden tersebut lebih banyak dibandingkan PMI S&P Global yang hanya melibatkan 400 responden, serta PMI Bank Indonesia yang hanya melibatkan 600 responden dan 8 sub sektor Industri dan dikeluarkan setiap Triwulanan.

"Posisi kami jelas, bahwa kami mengharapkan keberadaan IKI akan memperkaya referensi data perkembangan industri yang digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan sektor industri," ujar Agus.

 Tak hanya itu, Agus menjelaskan bahwa IKI akan memberikan nilai indeks yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut yakni jika angka IKI antara 0 sampai dengan 50 maka kontraksi, di angka 50 stabil, dan di atas 50 menunjukkan angka ekspansif. 

 Adapun dari 23 subsektor yang terlibat dalam IKI, terdapat 11 sub sektor yang mengalami ekspansif artinya berada di atas 50, dan 12 sub sektor yang mengalami tekanan atau penurunan dengan angka di bawah 50. Namun, dari data yang dimiliki oleh IKI, 11 sektor yang ekspansif tersebut berhasil mempresentasikan sebesar 71,3% dari kontribusi terhadap PDB manufaktur. 

"Jadi walaupun hanya 11 sub sektor yang ekspansif, namun mereka mempresentasikan sebesar 71,3% itu. Jadi kita (industri) aman," ujar Agus.

Sementara itu, terkait 12 subsektor yang mengalami kontraksi atau penurunan berdasarkan hasil IKI di bulan November 2022 ini, Kemenperin belum bisa menjawab sektor-sektor industri apa saja yang termasuk di dalam 12 sub sektor tersebut

"Mohon maaf kita (Kemenperin) belum bisa buka 12 sub sektor apa saja yang mengalami penurunan, akan kami rapatkan dulu, lalu baru kita cari solusinya nanti baru kita share," ujar Agus.

Sementara 11 sub sektor yang ekspansif salah satunya adalah industri alat transportasi atau otomotif yang nilai IKI-nya mencapai hingga di atas 60, Selain itu,  terdapat juga industri baja dan logam.

Dengan demikian, Agus berharap dengan adanya IKI para asosiasi industri, dapat menggerakkan anggotanya untuk berperan aktif dalam mengisi kuesioner IKI ini, sehingga ekosistem industri yang integratif dari hulu sampai hilir terjaga dan tetap kondusif. 

"Agar IKI bisa optimal membutuhkan systematic responses yang cepat, karenanya saya berpesan kepada jajaran saya, khususnya eselon 1, gunakan IKI semaksimal mungkin, karena IKI ini jadi pegangan kita day to day di Kemenperin," tutup Agus.

Sementara Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2022 menjadi 53,7 dari 51,7 pada Agustus. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak Januari.

Reporter: Nadya Zahira