PUPR Butuh Investasi Swasta Rp 86,8 T untuk Bangun SPAM 10 Juta Rumah

ANTARA FOTO/ Irwansyah Putra/aww.
Petugas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengontrol saluran air untuk diolah menjadi air bersih di Lambaro, Aceh Besar, Aceh, Rabu (31/8/2022). Pemerintah melalui Kementerian PUPR terus berupaya meningkatkan infrastruktur dan membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di seluruh daerah serta melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yang terbukti menambah 24,5 juta akses air minum di 35.928 desa.
8/2/2023, 08.59 WIB

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR menganggarkan Rp 123,4 triliun untuk mencapai program 10 juta sambungan air minum ke rumah hingga 2024. Oleh sebab itu, Kementerian PUPR berupaya mendorong berbagai alternatif pembiayaan infrastruktur untuk Sistem Penyediaan Air Minum atau SPAM perpipaan guna mewujudkan program tersebut.

Direktur Jenderal atau Dirjen Pembiayaan Infrastruktur PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN tahun 2022-2024 diprediksi hanya mampu memenuhi sekitar Rp 21 triliun atau 17% dari biaya yang dibutuhkan. Sementara APBD sebesar 13% atau sekitar Rp 15,6 triliun, dan sisanya 70% atau sekitar Rp 86,8 triliun bersumber dari lainnya, salah satunya investasi. 

“Sebagai langkah untuk menutupi gap pendanaan atau funding gap non-APBN sebesar 70% ini, pemerintah membuka peluang alternatif pendanaan dengan melibatkan badan usaha dan swasta," ujar Herry, melalui keterangan resmi, yang dikutip pada Rabu (8/2).

Layanan Air Pipa Baru 21%

Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air Firdaus menyebutkan, hingga saat ini sudah banyak investor yang berminat di sektor penyediaan air. Hal itu karena di Indonesia, cakupan layanan air pipa baru sekitar 21,69% sehingga peluang untuk investasi di sektor tersebut masih besar.

"Dengan persentase tersebut Indonesia dengan 267 juta penduduk memiliki peluang besar sekali. Tapi peluang ini tidak mungkin terealisasi apabila tidak ada kepastian tarifnya seperti apa, adjustment tarifnya seperti apa sehingga para investor tidak yakin," kata Firdaus.

Sementara itu, Wakil Ketua Program World Water Forum ke-10, Arie Setiadi Moerwanto, mengatakan respons dunia global sangat positif menyambut World Water Forum ke-10 di Indonesia. Terlebih isu tentang air saat ini menjadi sangat vital di dunia.

"Dalam enam tema yang dibahas di World Water Forum, pertama adalah air untuk manusia dan lingkungan, lalu ada kaitannya dengan keamanan air, risiko bencana air, kemudian diplomasi air, dan terkait dengan pembiayaan inovatif  bidang air, serta terkait sains dan teknologi," kata Arie.

Arie mengatakan, tantangan air global yang dihadapi saat ini tidak bisa diatasi dengan pendekatan pembiayaan yang biasa, namun dibutuhkan terobosan dan inovasi.

Direktur Pengembangan Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas Sri Bagus Guritno menuturkan bahwa saat ini salah satu negara yang berminat untuk berinvestasi di sektor penyediaan air adalah Korea Selatan. 

"Di sini sudah ada yang dari Korea, dan juga hadir menjadi panelis di seminar kali ini," ungkapnya.

Sebagai informasi, Puncak World Water Forum ke-10 akan dilaksanakan di Bali pada 18-24 Mei 2024 mendatang. Pagelaran tersebut akan mengusung tema 'Water for Shared Prosperity'. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, air isi ulang menjadi sumber air minum utama yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga di Indonesia pada 2020. Ada 29,1% rumah tangga yang menyatakan minum air isi ulang pada tahun lalu.

Reporter: Nadya Zahira