Luhut: Masalah Serius, Sampah di Jakarta 8.000 Ton per Hari

ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.
Sejumlah ibu rumah tangga memilah sampah plastik berdasarkan jenisnya di Bank Sampah Mompakasango di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (3/2/2023).
Penulis: Nadya Zahira
Editor: Yuliawati
8/2/2023, 19.42 WIB

Indonesia menghadapi masalah sampah plastik yang serius. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan permasalahan sampah di Indonesia serius, tumpukannya di DKI Jakarta mencapai 8.000 ton per hari.

Sampai saat ini pemerintah telah menyelesaikan 35,5% masalah sampah plastik di laut. Salah satu mengatasi masalah sampah plastik dengan pembangunan pabrik plastik daur ulang.

"Dunia jadi harus kita tangani dengan baik, karena kami punya komitmen tahun 2025 itu, masalah ini sudah bisa kami selesaikan," ujar  Luhut di acara Peresmian Pabrik Botol Plastik, Cikarang, Rabu (8/2).

Luhut mengapresiasi Coca-Cola Europacific Partners Indonesia atau CCEP Indonesia dan Dynapack Asia karena telah berinisiatif untuk membangun pabrik daur ulang. Dia berharap ke depannya pabrik tersebut bisa meningkatkan kapasitas sehingga pengolahan daur ulang sampah botol bisa dilakukan secara maksimal.

"Saat ini, Amandina mampu memproduksi 25.000 ton PET daur ulang per tahun, di mana hal ini akan memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi persoalan sampah plastik di Indonesia," ujarnya.

Luhut mengatakan fasilitas daur ulang botol plastik PET tersebut akan mengurangi penggunaan plastik murni atau virgin PET yang merupakan bahan baku utama botol kemasan.

Fasilitas daur ulang itu pun dapat menurunkan emisi karbon dan memacu ekonomi sirkular. Dia berharap para pelaku industri lainnya dapat berkontribusi dalam mewujudkan ekonomi sirkular secara closed loop.

"Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi sampah laut sebesar 70% pada 2025 dalam upaya mengatasi persoalan polusi plastik. Kerja sama dan partisipasi dari semua pemangku kepentingan sangat penting untuk mencapai tujuan ini," ujarnya.

Kemudian dia mengatakan kedepannya pabrik daur ulang sampah harus ditingkatkan dan tersebar luas di setiap daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah sekitarnya. Serta industri-industri makanan dan minuman juga didorong untuk membuat perusahaan daur ulang untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik tersebut,

“Jadi koleksinya ini harus kita buat lagi. Jadi diperbanyak pabrik-pabrik daur ulang seperti ini,” ujarnya.

President Director untuk Indonesia & Papua New Guinea Coca-Cola Europacific Partners, Jorge Escudero, mengatakan pentingnya pendekatan closed loop. Hal itu dilakukan melalui metode pengelolaan sampah kemasan plastik dari botol menjadi botol kembali. Cara tersebut dapat mengurangi kebutuhan material plastik baru dan menjadikannya sebagai kemasan plastik yang bernilai untuk jangka waktu yang panjang.

Dia mengatakan, bahwa langkah tersebut akan menghasilkan botol berkualitas tinggi dan ‘foodgrade’ yang aman untuk digunakan kembali. Selain itu, langkah tersebut mendorong penggunaan kemasan yang berkelanjutan dengan dampak minimal yang ditimbulkan terhadap lingkungan

"Kami berkomitmen untuk memastikan pasokan PET berkualitas tinggi sesuai dengan kebijakan pemerintah dan standar keamanan pangan internasional, serta meningkatkan penghidupan yang layak dan memberikan kesempatan bagi pekerja pengumpul sampah dan masyarakat," ujarnya.

Adapun General Manager Amandina Bumi Nusantara, Suharji Gasali, mengatakan pabrik daur ulang botol plastik tersebut telah berhasil menarik 150 tenaga kerja. Namun, jika dihitung secara keseluruhan total tenaga kerja sebanyak 30.000 orang, yakni termasuk pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan perusahaan pabrik itu.

“Di sini kita ada 150 orang yang bekerja. Tapi itu yang hanya di dalam pabriknya saja. Kalau dihitung secara keseluruhan sekitar 30.000 orang termasuk pihak-pihak luar yang berhubungan langsung dengan kita,” kata dia.

Reporter: Nadya Zahira