Perbandingan Anggaran Impor KRL Bekas dan Beli Baru di Dalam Negeri

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Penumpang berada di dalam KRL Commuter Line, Jakarta, Selasa (28/2/2023). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menolak rencana PT Kereta Commuterline Indonesia atau PT KCI untuk impor gerbong kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek dalam rangka peremajaan armada, karena industri kereta api nasional dinilai mampu memproduksi semua kebutuhan kereta di dalam negeri.
1/3/2023, 10.13 WIB

PT KAI Commuter Indonesia atau KCI melakukan dua jenis investasi untuk pengadaan kereta rel listrik atau KRL. Investasi tersebut adalah membeli rangkaian kereta baru buatan dalam negeri  dan juga pengajuan rencana impor KRL bekas dari Jepang.

VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan pihaknya sudah memesan 16 rangkaian kereta api dari PT INKA. Pemesanan tersebut sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas angkut ke depan.

Namun demikian, Anne mengatakan, rangkaian kereta baru tersebut tersedia pada 2025-2026. "Karena membuat kereta baru itu kan membutuhkan waktu yang cukup lama," ujarnya saat ditemui di Stasiun Juanda, Jakarta, Selasa (28/2).

Sementara investasi kedua adalah mengajukan rencana impor KRL bekas dari Jepang sebanyak 10 unit pada 2023. Impor KRl tersebut dilakukan utuk mengganti KRL yang akan dipensiunkan pada 2023. Sementara pada 2024, KIC juga akan pensiunkan 29 KRL.

Anne mengatakan, biaya pengandaan KRL baru dan impor KRL bekas tersebut berbeda.  Pengadaan 16 KRL baru dari INKA mencapai Rp 16 triliun. Sementara KCI menganggarkan untuk impor 10 KRL bekas dari Jepang hingga Rp 150 miliar.

"Tetapi yang perlu digarisbawahi, ini tidak bisa apple to apple. Karena kalau kereta bekas itu sudah digunakan 20-30 tahun," ujar Anne.

Menurut Anne, KRL bekas masih bisa digunakan sekitar 15 tahun lagi. Sementara KRL baru bisa digunakan puluhan tahun.

Kebutuhan Mendesak

Anne mengatakan, impor KRL dibutuhkan untuk melayani kebutuhan penumpang. Saat ini, jumlah penumpang KRL mencapai 840 ribu penumpang per hari dan diperkirakan meningkat hingga lebih satu juta penumpang per hari. Angka tersebut hampir menyamai masa sebelum pandemi sebesar 1,1 juta -1,2 juta penumpang per hari.

Anne mengatakan, KCI akan berupaya untuk mengganti KRL baru dan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, Namun pengadaan KRL ini perlu dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan finansial.

"Di sini yang kami butuhkan sebenarnya, bagaimana operasional KRL ini bisa melayani masyarakat, sementara kami menggnati KRL baru secara bertahap," ujarnya.

Reporter: Nadya Zahira