Sektor pertanian menunjukkan kinerja yang positif sepanjang pandemi, meskipun sektor lain banyak yang alami kontraksi. Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo mengataka bahwa pertanian terbukti merupakan sektor yang paling tahan hadapi pandemi.
"Sektor pertanian tumbuh 16,24% di tengah pandemi," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam Agrinnovation Conference di Jakarta, Rabu (15/3).
Data Badan Pusat Statistik atau BPS menunjukkan nilai ekspor pertanian terus tumbuh dalam empat tahun terakhir. Pada 2019, nilai ekspor pertanian Indonesia senilai Rp 390,16 triliun.
Nilai ekspor tersebut tumbuh 15% pada 2020 menjadi Rp 451,77 triliun. Pada 2021, nilai ekspor kembali naik 36,43% menjadi Rp 616, 35 triliun. Nilai ekspor tersebut kembali naik 6,79% pada 2022 menjadi Rp 658,18 triliun.
"Kita targetkan tahun ini tembus Rp 1.000 triliun, yuk kita bisa yuk," ujar Syahrul.
Tak hanya itu nilai tukar petani Februari 2023 mencapai 110,53 atau telah melampaui masa sebelum pandemi.Begitu juga dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian naik menjadi 110,74.
Namun demikian, dia mengatakan, pertanian membutuhkan ekosistem yang baik untuk bisa lebih maju. Ekosistem tersebut mulai dari pembiayaan, pengolahan, dan juga pemasaran.
Dia mengatakan, sektor pertanian juga perlu dikembangkan lebih jauh dengan sistem dan teknologi terkini. Oleh karena itu, dia mengajak pelaku startup untuk ikut serta meningkatkan sektor pertanian.
"Kita negara ada 27 ribu pulau, start up punya peluang. Semua yang over stock disimpan saja oleh start up, besok dibagi," kata dia.
Pertumbuhan Indonesia, yang dilihat dari Produk Domestik Bruto, secara kumulatif (whole year/cumulative to cumulative/c-to-c) menyentuh 5,31% pada 2022. Namun, jika dilihat secara tahunan (year on year/y-o-y) pertumbuhan 2022 naik sebesar 5,01% dibandingkan pada 2021 lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, pertumbuhan tahunan itu didukung oleh semua lapangan usaha. Dari ragam sektor yang ada, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh transportasi dan pergudangan sebesar 16,99%.