Harga Bawang Putih Melonjak Imbas Penimbunan Stok dan Penyimpangan BBM
Harga bawang putih melonjak hingga menembus Rp 40.000 per kg. Kenaikan harga tersebut disebabkan tingginya biaya logistik dan dugaan penimbunan.
Wakil Kepala Satgas Pangan Polri, Helfi Assegaf, mengatakan mahalnya harga bahan bakar minyak atau BBM mengerek harga bawang putih di pasar. Saat ini, pemerintah sudah menggelontorkan BBM subsidi untuk logistik bahan pokok. Namun terdapat penyimpangan distribusi BBM sehingga tidak tepat sasaran.
"BBM subsidi dari pemerintah sudah tepat, tapi ada penyimpangan. Jadi ada yang lari ke pengusaha tambang, ke perkebunan," ujarnya kepada awak media, Jakarta, Kamis (25/5).
Helfi mengatakan distribusi bawang juga terhambat transportasi laut yang sering terhambat kendala cuaca. Hal itu khususnya untuk distribusi ke wilayah Indonesia timur.
"Produsen distribusi dari pusat kota ke Jayapura untuk distribusi ke daerah-daerah wilayahnya sangat sulit, sehingga market naik 3 kali lipat sampai 4 kali lipat di sana," kata Helfi.
Dugaan Penimbunan Bawang Putih
Selain itu, Helfi menduga penyebab harga bawang putih melambung tinggi karena adanya penimbunan. Hal ini menyebabkan bawang putih menjadi langka dan harganya meroket.
"Barang itu harusnya didistribusikan ke end user atau ke konsumen, ke distributor atau pedagang tapi malah ditimbun," ujarnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah harus berkolaborasi dalam menekan tingginya harga bawang putih. Dia menyampaikan, pihaknya sudah bekerja keras untuk mengawasi pendistribusian bawang putih dari hulu ke hilir, mulai dari pengusaha, distributor, hingga konsumen.
"Impor yang dibutuhkan Indonesia bukan sedikit, ratusan ribu ton. Sehingga ini titik kerawanan yang harus diawasi bukan hanya saya, tapi juga KPPU dari hulu dan hilir. Bawang putih kebutuhan kita cukup besar sedangkan produksi kita hanya 5%, sisanya impor," kata dia.
95% Komoditas Bawang Putih Berasal dari Impor
Analis Ketahanan Pangan Badan Pangan Nasional atau Bapanas Retno Utami mengatakan, melambungnya harga bawang putih sangat terkait dengan kondisi suplai atau ketersediaan. Pasalnya, Indonesia bukan produsen utama bawang putih.
“Jadi kenaikan ini karena suplai bawang putih di Indonesia sedikit, dan terdapat kendala pada suplai bawang putih di pasar," ujar Retno dalam diskusi publik.
Dia menyebutkan, sekitar 90-95% komoditas bawang putih berasal dari impor. Dengan begitu, ketergantungan Indonesia terhadap impor bawang putih sangat tinggi karena petani dalam negeri tidak bisa memproduksi dengan jumlah yang banyak
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Nasional yang dikeluarkan Bank Indonesia, rata-rata nasional harga bawang putih ukuran sedang mencapai Rp 38.750 per kg pada Jumat (26/5). Angka tersebut naik dibandingkan posisi bulan lalu yang mencapai Rp 33.950 per kg.
Rata-rata harga bawang putih ukuran sedang tertinggi terdapat di Maluku Utara yang mencapai Rp 53.750 per kg. Sementara untuk harga bawang putih ukuran sedang terendah berada di Lampung yang mencapai Rp 31.650 per kg. Rata-rata harga bawang putih ukuran sedang di DKI Jakarta mencapai Rp 44.150 per kg.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume produksi bawang putih Indonesia pada 2022 mencapai 30.194 ton.Produksinya berkurang 33% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), serta jauh lebih rendah dari kebutuhan bawang putih nasional yang kisarannya 500.000 ton per tahun, bahkan lebih.
Sepanjang 2022, hanya ada 17 provinsi yang memproduksi bawang putih di Indonesia. Jawa Tengah menjadi daerah penghasil bawang putih terbesar, dengan produksi 21.293 ton atau 71% dari total produksi nasional.