Badan Pangan Nasional atau Bapanas memperkirakan, kebutuhan impor gula menurun pada tahun ini. Ini seiring ketersediaan pasokan gula yang meningkat di dalam negeri dengan dimulainya musim giling tebu di berbagai Pabrik Gula atau PG.
Sekretaris Badan Pangan Nasional Sarwo Edhy mengatakan, ketersediaan gula di dalam negeri yang banyak pada tahun ini membuat gula yang diimpor lebih sedikit dibandingkan tahun lalu.
"Rencana pengadaan dari luar pada tahun ini di bawah 1 juta ton, sementara tahun 2022 masih di atas 1 juta ton. Ini merupakan langkah awal yang baik untuk memperkuat industri gula nasional kita," ujar Sarwo melalui keterangan resminya, Senin (5/6).
Sarwo mengatakan, masa giling yang dimulai secara serentak di pertengahan tahun ini membuat pasokan gula dalam negeri akan meningkat signifikan. Menurutnya, kondisi ini baik untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga gula nasional, khususnya memastikan ketersediaan cadangan gula pemerintah.
"Kita menargetkan giling pada tahun ini menghasilkan produktivitas dan rendemen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya sehingga dapat meningkatkan stok gula nasional, memastikan cadangan gula pemerintah di BUMN Pangan tersedia, dan mengurangi angka impor gula pada tahun depan,” ujarnya.
Berdasarkan Prognosa Pangan Nasional, rencana produksi gula konsumsi pada musim giling pada 2023 mencapai 2,6 juta ton atau lebih tinggi dari produksi pada 2022 sebanyak 2,4 juta ton.
Adapun kebutuhan gula nasional mencapai 3,4 juta ton dalam satu tahun. Menurut Sarwo, masih dibutuhkan pengadaan dari luar untuk menutupi kekurangannya.
“Walaupun saat ini berdasarkan perbandingan produksi dan kebutuhan gula secara nasional kita masih membutuhkan pengadaan gula dari luar, akan tetapi bisa kita apresiasi dengan produksi yang lebih baik, tahun ini rencana pengadaan gula konsumsi dari luar lebih kecil dari tahun lalu," kata dia.
Direktur Utama PT PG Rajawali II Wahyu Sakti yang membawahi lima pabrik gula di Jawa Barat mengatakan, terjadi peningkatan produksi gula secara berturut-turut selama 2021 hingga 2023. Produksi gula meningkat dari 9 juta kuintal pada 2021 menjadi 10,5 juta kuintal pada 2022 dan 11,5 juta pada 2023.
"Setiap tahun PT PG Rajawali II mengalami kenaikan produksi. Hari ini kita siap mulai giling dengan total produksi tebu mencapai 5,6 juta kuintal dengan rendemen 7,5%," ujar Wahyu.
Harga Acuan Gula
Sarwo dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa regulasi dalam bentuk Peraturan Badan Pangan Nasional atau Perbadan mengenai harga acuan untuk komoditas gula telah diajukan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Berdasarkan rancangan Perbadan tersebut diusulkan kenaikan harga acuan penjualan untuk menjaga harga di tingkat petani, sesuai arahan Presiden Jokowi yang meminta agar keseimbangan harga tetap terjaga baik di tingkat produsen, pedagang, maupun konsumen.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, perumusan kenaikan harga acuan penjualan yang dituangkan dalam Perbadan untuk komoditas gula telah mempertimbangkan berbagai aspek baik dari sisi petani, pelaku industri, pedagang maupun konsumen.
Adapun berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional Senin (5/6), harga rata-rata gula di tingkat konsumen sebesar Rp. 14.511 per kilogram atau kg, dengan harga tertinggi di Papua Barat sebesar Rp. 16.071 per kg dan terendah di Jawa Timur sebesar Rp. 13.432 per kg.