Airbus, produsen pesawat terbang asal Eropa, memproyeksikan permintaan pesawat baru di Asia Pasifik mencapai 17.580 unit hingga 2041. Asia Tenggara, khususnya Indonesia, menjadi pendorong permintaan armada baru.
Airbus President Asia-Pacific Anand Stanley mengatakan permintaan pasar di industri penerbangan telah pulih secara signifikan dalam setahun terakhir seiring berakhirnya pandemi Covid-19. Hal ini mendorong maskapai penerbangan untuk mengoperasikan kembali pesawat yang telah lama diparkir dan menambah kapasitas armadanya. "Permintaan terhadap pesawat baru di Asia Pasifik mencapai lebih dari 17.000 unit, itu dari semua industri, termasuk Airbus," kata Stanley, dalam media roundtable gathering, di Jakarta, Rabu (6/9).
Dari total permintaan pesawat di kawasan Asia Pasifik itu, sekitar 30% merupakan permintaan dari kawasan ASEAN, termasuk Indonesia. "ASEAN merupakan pasar perjalanan udara yang paling cepat pertumbuhannya di dunia dan akan mendorong permintaan (terhadap pesawat baru)," kata Stanley.
Beberapa maskapai penerbangan di Indonesia telah mengumumkan rencana untuk menambah armada, misalnya PT Pelita Air Service. Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan mengatakan perusahaan menambah satu pesawat jenis Airbus A320 yang didatangkan langsung dari Spanyol. Pesawat baru itu mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu (2/7).
Pesawat baru itu menjadi armada ketujuh milik Pelita Air. Perusahaan menargetkan dapat mengoperasikan 18 pesawat pada akhir 2023.
Stanley menyambut baik penambahan armada milik Pelita Air yang menggunakan pesawat dari Airbus. "Kami sangat senang Pelita Air menambah armada dengan pesawat kami. Namun, mereka mendapatkannya dari pihak ketiga (lessor), jadi bukan bertransaksi langsung dengan kami," ujar dia.