Produsen Ban Goodyear PHK 1.200 Karyawan

Instagram Goodyear
Ilustrasi Goodyear
12/9/2023, 10.48 WIB

Goodyear Tire & Rubber telah menyetujui rencana rasionalisasi dan reorganisasi tenaga kerja di Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Rencana ini mengakibatkan pemutusan hubungan kerja atau PHK 1.200 orang.

Keputusan PHK tersebut diambil setelah aktivis investor Elliott Investment Management pada bulan Mei mengkritik Goodyear karena salah urus dan tertinggal dari pesaingnya Michelin dan Bridgestone.

Elliott, yang memegang 10% saham di perusahaan ban tersebut, juga telah mendorong Goodyear untuk melakukan peninjauan operasional dan penjualan tokonya.

"Restrukturisasi ini akan menghasilkan penghematan “signifikan” dari tahun 2024 hingga 2025," tulis pernyataan perusahaan Goodyear, dikutip dari Reuters, Selasa (12/9).

Kebijakan tersebut dilakukan ketika perusahaan berupaya merampingkan bisnisnya dan memperbaiki struktur biayanya. Perusahaan yang berbasis di Ohio ini memperkirakan total biaya sebelum pajak antara US$ 210 juta dan US$ 230 juta pada tahun 2025 karena restrukturisasi.

Perusahaan berusia 125 tahun itu juga mengatakan pihaknya berharap dapat menginformasikan investor mengenai rencana yang lebih luas pada kuartal keempat.

Bulan lalu, Goodyear mengalami kerugian sebesar 73 sen per saham pada kuartal kedua, dari laba sebesar 58 sen per saham pada tahun sebelumnya.

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2023, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di mayoritas negara G7 bakal melemah tahun ini.

G7 atau Group of Seven adalah organisasi internasional yang berisi tujuh negara maju utama dunia, yakni Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang.

 Di kelompok tersebut, hanya Jepang yang pertumbuhan ekonominya diprediksi menguat, dari 1% pada 2022 menjadi 1,4% pada 2023.

Sementara, pertumbuhan di negara anggota G7 lainnya diramal turun. Adapun penurunan paling parah diprediksi terjadi pada Jerman, dengan rincian seperti terlihat pada grafik.

"Sekitar 97 persen negara-negara maju diproyeksikan memiliki pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada 2023," kata IMF dalam laporannya.