Harga CPO Diramal Naik Tahun Depan, Belum akan Tembus US$ 1.000/Ton

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/rwa.
Ilustrasi. Harga CPO diperkirakan naik karena stok yang menipis.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
2/11/2023, 14.09 WIB

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS berharap harga minyak sawit mentah atau CPO naik pada 2024. Namun, harga CPO diperkirakan belum akan kembali menembus US$ 1.000 per ton pada tahun depan.

Kepala BPDPKS Eddy Abdurrachman memproyeksikan harga CPO pada tahun depan akan bergerak antara US$ 900 sampai US$ 1.000 per ton. Eddy mencatat harga CPO saat ini bergerak pada rentang US$ 800 sampai US$ 900 per ton.

"Harga CPO ini sudah menuju keseimbangan pasokan dan permintaan secara global," kata Eddy kepada Katadata.co.id, Kamis (2/11).

Eddy mengakui, pasokan CPO di dalam negeri akan menipis seiring dampak El Nino yang terjadi pada tahun ini dan meningkatnya konsumsi CPO di sektor pangan dan energi. Ia menyampaikan, harga CPO belum akan terbang jika mengamati kondisi industri minyak nabati dunia.

Menurutnya, produksi minyak nabati lain akan meningkat pada 2024, khususnya minyak kedelai.  Eddy berpendapat harga CPO pada tahun depan akan terpengaruh oleh minyak bumi.

Ketua Umum Gapki Edi Martono memproyeksikan harga CPO akan naik pada 2024. Edi menilai hal tersebut disebabkan oleh menipisnya stok CPO lokal akibat peningkatan konsumsi nasional.

Ia mencontohkan salah satu peningkatan konsumsi CPO lokal disebabkan oleh program mandatori B35. Selain itu, ia menilai peningkatan konsumsi CPO di dalam negeri akan berasal dari industri makanan dan minuman.

Selain karena konsumsi yang meningkat, menurut dia, stok yang menipis juga disebabkan oleh lambatnya penanaman kembali atau replanting. Edi mengatakan, program replanting yang dilakukan oleh perkebunan rakyat tahun ini cukup lambat.

"Oleh karena itu, stok minyak sawit di Indonesia pasti akan rendah," ujarnya.

Menurut data Gapki, produksi CPO di dalam negeri telah mencapai 36,3 juta ton pada Januari-Agustus 2023. Dari seluruh produksi tersebut, sebanyak 23,4 juta ton masuk ke pasar ekspor dengan nilai US$ 20,6 miliar.

Edi menilai mayoritas pabrikan CPO optimistis menghadapi 2024. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang akan lebih sesuai yang membuat industri CPO dapat tumbuh stabil tahun depan.



Reporter: Andi M. Arief