Kementerian Perhubungan menyiapkan 1.354 armada kapal laut untuk menghadapi musim mudik dan arus balik Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Seluruh kapal tersebut dapat mengangkut 242.069 penumpang.
Mayoritas atau hampir 90% dari armada dimiliki pihak swasta dengan kapasitas angkut 151.042 orang. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Antoni Arif Priai menekankan, ketepatan waktu keberangkatan dalam pelayanan Nataru 2023/2024.
"Kalau terjadi keterlambatan, banyak pihak yang dirugikan. Saya minta teman-teman Unit Pelaksana Teknis memberikan jadwal keberangkatan kapal kepada para penumpang," kata Antoni dalam Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Laut Nataru 2023/2024, Selasa (5/12).
Antoni memproyeksikan, jumlah penumpang angkutan laut pada Nataru 2023/2024 akan naik 5% secara tahunan. Total masyarakat yang akan bepergian pada Nataru 2023/2024 dengan kapal laut mencapai 3,86 juta orang.
Dalam paparan Kemenhub, jumlah penumpang terbanyak di pelabuhan keberangkatan ada di Pelabuhan Tenau, Nusa Tenggara Timur mencapai 491.000 orang. Sementara itu, pelabuhan tujuan dengan jumlah penumpang terbanyak adalah Pelabuhan Tanjung Perak, Jawa Timur mencapai 391.000 orang.
Antoni mengaku telah memprediksi kenaikan penumpang di setiap pelabuhan selama Nataru. Salah satu pelabuhan dengan lonjakan penumpang tertinggi adalah Pelabuhan Tual, Maluku yang naik hingga 20% secara tahunan.
"Kami sudah kumpulkan data dari 100 pelabuhan pantau terkait proyeksi penumpang selama Nataru 2023/2024," ujarnya.
Peningkatan Keselamatan
Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendata, ada 221 kecelakaan pelayaran pada 2007-2023. Sebanyak 135 kasus pada periode tersebut dinyatakan sangat serius.
Sebagian besar atau 33% dari total kecelakaan yang dimaksud adalah kebakaran. Angkat tersebut diikuti oleh tenggelam sebanyak 27%, tabrakan 20%, dan kandas 17%.
Antoni menjelaskan, mayoritas kebakaran di atas kapal disebabkan oleh faktor eksternal, yakni penumpang. Antoni mencontohkan, dua penyebab utama kebakaran di atas kapal, yakni merokok sembarangan dan dibawanya bahan mudah terbakar seperti petasan.
Menurutnya, kebakaran terjadi karena minimnya edukasi kepada penumpang terkait merokok maupun pelaporan barang ke atas kapal. Sementara itu, Antoni menyampaikan kejadian tenggelam terjadi karena kelalaian penumpang berkendara untuk mengencangkan posisi ban ke kapal.
"Sopir truk ini tidak mengerti kandungan muatan yang dibawa biasanya. Mereka hanya membawa muatan dan tidak melaporkannya ke petugas. Jadi, sebab kecelakaan di atas kapal paling banyak dari faktor eksternal," ujarnya.
Antoni mengingatkan agar petugas pelabuhan mengendalikan orang yang masuk ke pelabuhan dengan baik. Selain itu, barang-barang yang dibawa oleh penumpang harus diperiksa secara ketat.
Ia menceritakan kasus pembacokan antar penumpang di atas kapal dengan senjata tajam. "Kita harus hari-hati memeriksa senjata tajam dan jangan sampai masuk ke atas kapal,: katanya.