Tak Hanya Cina, Ada Investasi Eropa di Proyek Hilirisasi Nikel RI

ANTARA FOTO/jojon/Spt.
Foto udara smelter milik PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023).
Penulis: Mela Syaharani
10/1/2024, 16.31 WIB

Peneliti di The Prakarsa, Ricko Nurmansyah mengatakan aliran pembiayaan industri nikel tidak hanya datang dari modal asal Cina. Ricko menyebut pembiayaan juga berasal dari lembaga keuangan Eropa.

“Aliran keuangan pembiayaan dan investasi pada sektor hulu nikel masih didominasi modal asal Cina. Meski begitu lembaga keuangan asal Eropa juga turut andil dalam pembiayaan aktivitas pertambangan nikel termasuk pembiayaan pada PLTU batu bara aktif,” kata Ricko dalam diskusi publik di Jakarta pada Selasa (9/1).

Pembiayaan ini terwujud dalam tiga bentuk. Pertama pembiayaan melalui pinjaman, obligasi, dan equity financing. Kucuran dana ini akan dimanfaatkan untuk tambang, smelter, hingga pembangkit listrik captive tenaga batu bara.

“Kami petakan institusi dari bank Eropa yang juga berkontribusi dalam pembiayaan. Mulai dari HSBC, ING bank, Santander, dan lain sebagainya. Artinya investasi selain dari Cina juga masuk dari Eropa,” ucapnya.

Tidak hanya nama-nama yang disebutkan, dalam hasil penelitiannya, Ricko menemukan bahwa paling tidak ada 18 institusi Eropa yang melakukan pembiayaan. Dalam daftar tersebut, pembiayaan terbesar dilakukan oleh HSBC dengan jumlah US$ 1,09 miliar.

Bank asal Inggris ini memberi pinjaman sindikasi pada tiga proyek. Pertama, pada pembangunan pabrik baterai di Karawang, Jawa Barat.

Kemudian mengakuisisi smelter PT Debonair Nickel Indonesia yang memiliki smelter nikel RKEF di Indonesia Weda Bay Industrial Park, Maluku Utara dengan PLTU berkapasitas 380 megawatt (MW). Ketiga, mereka juga terlibat dalam pinjaman yang didapat PT Merdeka Tsingshan Indonesia.

Untuk jenis pembiayaan dalam bentuk obligasi, lembaga keuangan Eropa dengan pengeluaran terbesar adalah Fidelity Funds - Asian Bond Funds. Lembaga Asal Luxemburg ini terlibat dalam akuisisi saham PT Vale Indonesia Tbk sebanyak US$ 23,3 juta.

Mereka memiliki obligasi ‘15 Mei 2030 kupon 5,45%” PT Indonesia Asahan Aluminium yang salah satunya untuk akuisisi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk pada 2020.

Dalam paparan Ricko, memang 10 pembiayaan berbentuk obligasi seluruhnya ditujukan untuk akuisisi saham PT Vale Indonesia Tbk pada 2020.

Reporter: Mela Syaharani