Kerek Pendapatan Hotel dan Restoran, PHRI Luncurkan Aplikasi BookinINA

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/Spt.
Pekerja merapikan kamar Hotel Pullman Lombok, Kuta Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (5/8/2023).
Penulis: Andi M. Arief
22/2/2024, 19.29 WIB

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI akan meluncurkan platform digital pemesanan hotel dan restoran lokal bertajuk BookinINA. Platform tersebut dinilai dapat meminimalisasi dampak penetrasi agen perjalanan daring atau online travel agency (OTA) di dalam negeri.

Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdani mencatat penetrasi OTA di dalam negeri mencapai 45% dengan valuasi industri diperkirakan mencapai Rp 12 miliar pada 2025. Namun Haryadi menilai penetrasi tersebut kontraproduktif dengan pendapatan industri akomodasi nasional.

"Sebab, OTA milik perusahaan asing memberikan suntikan modal promosi besar sambil menekan harga hotel-hotel di Indonesia. Dampaknya pemasukan hotel belum kembali ke periode sebelum Covid-19," kata Haryadi melalui siaran pers, Kamis (22/2).

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata okupansi hotel berbintang mencapai 51,27% sepanjang 2023. Capaian tersebut masih lebih rendah dari okupansi hotel berbintang pada 2019 atau sebelum Covid-19 yang mencapai 54,81%.

Oleh karena itu, Haryadi menilai kehadiran OTA di dalam negeri memberikan dampak minim bagi industri pariwisata nasional. Pada saat yang sama, Haryadi mengatakan BookingINA dapat memberikan manfaat timbal balik bagi pengusaha hotel di dalam negeri.

Haryadi menyampaikan BookinINA akan menyasar kegiatan pemerintah di dalam negeri pada tahun ini. Menurutnya, pemerintah telah menyelenggarakan 438 acara di 25 kota dengan berbagai tingkatan di dalam negeri.

Haryadi mencontohkan ajang KTT G20 di Bali pada akhir 2022. Menurutnya, ajang tersebut telah mendatangkan wisatawan mancanegara hingga 3,6 juta orang dan penciptaan lapangan kerja bagi 600.000 sampai 700.000 orang.

Oleh karena itu, Haryadi berpendapat penggunaan BookingINA oleh pemerintah dapat berdampak langsung pada perekonomian nasional. Selain itu, platform tersebut dinilai dapat membantu industri hotel dan restoran pulih dari pandemi Covid-19.

"Melalui BookingINA, PHRI melihat peluang agar pemerintah dapat membelanjakan anggaran untuk pengadaan hotel dan restoran melalui platform lokal," katanya.

Tiket.com mendata rata-rata harga kamar hotel menunjukkan tren penurunan sebesar 19% pada 2021-2023. Rata-rata harga kamar pada Maret 2021 sekitar Rp 190.000 per malam, turun menjadi kurang dari Rp 160.000 per malam pada Maret 2023.

Meski demikian, Tiket.com mendata tingkat pemesanan dan lama tinggal pelanggan hotel naik signifikan. Per November 2023, pemesanan kamar naik 172% dibandingkan Januari 2021 dengan rata-rata lama tinggal 1,5 hari.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan peningkatan pemesanan maupun lama tinggal tersebut belum menopang pendapatan industri hotel. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh program kegiatan pemerintah yang masih terpusat di beberapa daerah, seperti Kalimantan Timur dan Pulau Jawa.

Menurut dia, kinerja industri hotel di dalam negeri akan mengikuti pergerakan kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, okupansi hotel tinggi masih terpusat di Kalimantan Timur, Bali, dan DKI Jakarta, sedangkan okupansi hotel di Pulau Sumatra hanya sekitar 47,5a%. "Pendapatan industri hotel masih turun sekitar 20% sampai 25% saat ini," ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief