Peternak Proyeksi Stok Ramadan Minim, Harga Daging Sapi Rawan Melonjak

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaj
Ilustrasi. Kementerian Perdagangan baru menerbitkan izin impor sapi sekitar 350.000 ton pada 15 Februari 2024.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
1/3/2024, 14.15 WIB

Perhimpunan Peternak sapi dan kerbau Indonesia atau PPSKI memproyeksi pasokan daging sapi selama Ramadan 2024 akan minim. Kementerian Perdagangan baru menerbitkan izin impor sapi sekitar 350.000 ton pada 15 Februari 2024.

Ketua Umum PPSKI Nanang Purus Subendro mengatakan kebutuhan daging sapi di dalam negeri  masih bergantung dari impor hingga 55%. Pada saat yang sama, ia menilai permintaan per Maret 2024 akan naik menjadi dua kali lipat mengingat tidak ada daging impor yang masuk pada Januari-Februari 2024.

"Meskipun izin impor terbit 15 Februari 2024, importir tidak bisa langsung melakukan impor karena kapal yang bisa mengangkut barang impor baru bisa berlayar pertengahan Maret 2024," kata Nanang kepada Katadata.co.id, Jumat (1/3)

Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia bahkan menyebut harga daging impor naik dari US$ 2,6 per kilogram menjadi US$ 3,3 per kg. Nanang mengatakan, kenaikan harga ini disebabkan bencana banjir di Australia.

Nanang mengatakan, banjir tersebut menghambat mobilisasi hewan ternak dari peternakan ke rumah potong maupun pelabuhan. Oleh karena itu, sebagian peternak dari Australia memilih menahan waktu penjualannya.

Ia menyampaikan kondisi tersebut diperburuk dengan data populasi sapi yang hanya 11,3 juta ekor atau setara dengan sekitar 300.000 ton daging sapi. Angka tersebut lebih rendah dari asumsi populasi sapi pada 2022 yang mencapai 18 juta ekor atau sekitar 430.000 ton daging sapi.

Nanang mencatat, kebutuhan daging sapi nasional per tahun sekitar 750.000 ton per tahun. Dengan demikian rata-rata kebutuhan daging sapi per bulan adalah sekitar 62.500 ton.

Ia memproyeksikan peternak sapi lokal hanya mampu menyediakan sekitar 25.000 ton selama Ramadan 2024. Menurutnya, peternak sapi akan memilih menahan stoknya untuk dikeluarkan saat Idul Adha 2024.

Nanang menjelaskan peternak umumnya akan mendapatkan keuntungan lebih besar pada Idul Adha karena dapat langsung menjual sapi hidup. Menurut Nanang keuntungan peternak selama Ramadan cenderung lebih kecil karena harga sebagian bagian sapi justru susut, seperti lemak dan jeroan.

"Namun kalau kenaikan harga daging sapi pada Ramadan memadai, peternak akan melepas stoknya. Kalau kenaikan harga hanya wajar, peternak akan memilih menjual ternaknya pada Idul Kurban," ujarnya.

Ia memproyeksikan rata-rata nasional harga daging sapi dapat menyentuh Rp 145.000 per kg pada Ramadan 2024. Angka tersebut lebih tinggi hampir 8% dari rata-rata nasional harga daging sapi hari ini, Jumat (1/3), senilai Rp 134.290 per kg.

Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional Maino Dwi Hartono sebelumnya mengatakan, ketersediaan daging selama pada bulan depan akan dibantu stok akhir 2023. Berdasarkan data Bapanas, stok daging sapi dan kerbau pada akhir 2023 mencapai 88.740 ton.

Bapanas memproyeksi, produksi daging sapi nasional 2023 mencapai 460.899 ton, sedangkan realisasi impor mencapai 251.415 ton. Di sisi lain, total kebutuhan daging sapi-kerbau mencapai 680.019 ton. Maino memastikan harga daging sapi selama Ramadan 2024 tidak akan memiliki masalah. Ini karena daya beli masyarakat pada tahun ini tidak terlalu tinggi.

"Intinya, kita masih butuh impor daging sapi maupun kerbau dalam berbagai macam bentuk daging. Namun produksi dalam negeri juga ada dan ada stok carry-over tahun lalu. Menurut saya ketersediaan daging tidak ada masalah," kata Maino di Gedung Komisis Pengawas Persaingan Usaha, Rabu (28/2).

Reporter: Andi M. Arief