Badan Pangan Nasional atau Bapanas menilai, konflik Iran-Israel akan berdampak pada pasokan dan harga hampir semua komoditas pangan. Gandum akan menjadi yang paling terdampak.
Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Bapanas Maino Dwi Hartono mengatakan, konflik Iran-Israel akan mempengaruhi harga energi. Dengan demikian, biaya transportasi bahan pangan akan naik akibat konflik tersebut.
"Sepertinya tidak ada dampak langsung. Maksudnya, kan distribusi pangan menggunakan moda transportasi yang membutuhkan energi. Artinya, dampaknya ikutan saja," kata Maino di Kompleks Kementerian Pertanian, Kamis (18/4).
Maino menyampaikan, konflik tersebut mempengaruhi harga pangan di dalam negeri, khususnya pangan impor. Ia berpendapat konflik tersebut akan membuat akses di Selat Hormus akan terganggu.
Selat Hormuz adalah salah satu jalur yang dilalui kapal ekspor-impor sebelum atau setelah melalui Terusan Suez. Dengan demikian, terganggunya selat tersebut membuat akses Terusan Suez terganggu.
Kapal-kapal ekspor-impor harus memutari Benua Afrika melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan untuk melakukan pengiriman antara Eropa dan Asia. Maino menyampaikan, kondisi tersebut membuat biaya logistik bertambah mengingat rute perjalan yang tambah panjang, waktu perjalan yang tambah lama, dan risiko pengiriman yang meningkat.
"Lalu, kurs dolar Amerika Serikat belum lama ini menguat. Mau tidak mau pelaku usaha pangan di dalam negeri akan menyesuaikan itu semua," katanya.
Maino mencontohkan, pengiriman kedelai yang terganggu akibat konflik Ukraina-Rusia pada akhir tahun lalu. Menurutnya, kedelai yang diimpor dari Argentina seharusnya tiba di dalam negeri pada minggu kedua Desember 2023, namun konflik tersebut membuat jadwal tersebut molor menjadi Januari 2025.
Harga kedelai di dalam negeri melonjak pada awal tahun ini menembus Rp 13.400 per kilogram. Maino mencatat, harga kedelai saat ini telah kembali ke rentang Rp 10.500 sampai Rp 11.000 per kg setelah menyesuaikan rute baru tersebut.
"Biasanya pengiriman pangan ke Indonesia hanya butuh tiga minggu, karena harus memutar Benua Afrika akhirnya menjadi butuh waktu lima sampai enam minggu, atau bahkan lebih lama," ujarnya.
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury sebelumnya mengatakan, konflik Iran-Israel dapat memengaruhi rantai pasok global, termasuk ke dalam negeri. Konflik tersebut akan mempengaruhi pengiriman barang dari dan menuju Benua Eropa dan Timur Tengah.
Oleh karena itu, Pahala menyampaikan pemerintah akan memantau tiga aspek terkait konflik Iran-Israel dalam waktu dekat. Pertama, pengaruh konflik tersebut pada kenaikan harga energi. Kedua, pengaruh konflik ke harga pangan di dalam negeri.
Ketiga, pengaruh konflik Iran-Israel ke premium resiko investasi dan keluarnya dana asing dari dalam negeri. "Ini yang akna kami monitor seperti apa dampak konflik di Timur Tengah ke dalam negeri," ujarnya.
Pada saat yang sama, ia mengaku pemerintah menyiapkan mitigasi dalam skenario konflik Iran-Israel berkepanjangan. Walau demikian, Pahala menekankan arah diplomasi nasional dalam menanggapi konflik tersebut adalah mengurangi eskalasi.
"Kami akan berupaya agar diplomasi kami mengurangi eskalasi, atau menghindari eskalasi, dan bahkan berupaya melakukan deeskalasi," katanya.