Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki memperkirakan, target digitalisasi UKM tidak akan tercapai pada tahun ini. Namun demikian, Teten berargumen, tantangan terbesar UKM saat ini bukan digitalisasi, tetapi daya saing di pasar domestik.
Teten menilai pelaku UMKM telah memahami bahwa konsumen nasional lebih memilih bertransaksi secara daring. Oleh karena itu, tantangan terbesar pelaku UMKM saat ini bukan masuk ke ekosistem digital, tetapi minimnya daya saing dengan produk asing di lokapasar lokal.
"Kalau arus produk asing ke dalam negeri masih leluasa seperti sekarang, UMKM pasti kalah bersaing karena produk kita pasti lebih mahal dari produk asing mengingat 90% bahan baku produk lokal masih bergantung pada impor," kata Teten di Gedung Smesco Indonesia, Rabu (24/7).
Teten mengatakan, UMKM saat ini sudah siap untuk masuk ke ekosistem digital. Namun, UMKM kalah bersaing dengan produk asing yang dengan harga yang lebih murah di lokapasar.
Di samping itu, Teten menemukan UMKM yang telah berjualan di lokapasar tidak bertahan lama lantaran kapasitas produksi yang minim. Sebagian UMKM lebih memilih berjualan secara konvensional dibanding melalui lokapasar.
Maka dari itu, Teten mengatakan target digitalisasi 30 juta UMKM tidak mungkin dicapai pada tahun ini. "Saat ini evaluasi kami bukan jumlah UMKM yang masuk ekosistem digital tapi seberapa kompetitif produk UMKM di ekosistem digital," katanya.
Total UMKM yang telah masuk ke ekosistem digital mencapai 25,2 juta unit hingga akhir 2023. Dengan kata lain, pemerintah harus memindahkan 4,8 juta UMKM ke ekosistem digital tahun ini untuk mencapai target 30 juta unit UMKM ke ekosistem digital.
Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca sebelumnya menyampaikan, pemerintah dinilai perlu melakukan pendekatan baru seperti penyediaan latihan dasar teknologi informasi dan komunikasi.
Willson mendorong pemerintah untuk menghadirkan skema insentif dan mendorong perluasan pasar UMKM lewat kerjasama dengan marketplace dan keringanan biaya ekspor.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia mendata, jumlah UMKM pada 2023 mencapai 66 juta unit atau naik 1,5% secara tahunan. Menurut Kadin Indonesia, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi UMKM saat ini, yaitu inovasi, teknologi, literasi digital, produktivitas, legalitas, pembiayaan, sampai peningkatan kinerja dan kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan data yang dihimpun Kadin Indonesia, pada 2022 baru ada sekitar 20,76 juta UMKM yang masuk ekosistem digital. Kemudian pada 2023 yang masuk pasar digital ditargetkan naik menjadi 24 juta UMKM, dan pada 2024 menjadi 30 juta UMKM.