Mobil Listrik Baterai Laris, Pemerintah Prediksi 40 Ribu Unit Terjual Tahun Ini

Fauza Syahputra|Katadata
Pengunjung melihat mobil listrik merk Wuling Cloud EV yang dijual di Jakarta Fair, JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
9/8/2024, 19.27 WIB

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menargetkan penjualan mobil listrik berbasis baterai atau BEV mencapai 40 ribu unit. Penjualan mobil listrik baterai ditargetkan dapat berkontribusi 5% dari total penjualan mobil tahun ini. 

"SPK yang ditujukan ke BYD hampir 10.000 unit. Saya berani bertaruh penjualan BEV pada tahun ini dapat mencapai 40.000 unit," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin kepada Katadata.co.id, Kamis (8/8).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia menunjukkan, kontribusi penjualan mobil listrik mencapai 2,9% pada paruh pertama tahun ini. Total penjualan BEV pada Januari-Juni 2024 hanya mencapai 11.940 unit.

Adapun penjualan seluruh mobil listrik pada paruh pertama tahun ini naik 60,43% secara tahunan menjadi 36.715 unit. Namun, penjualan EV didominasi jenis hibrid yang berkontribusi sebesar 67,47% dari total penjualan atau sejumlah 24.775 unit.

Dengan demikian, penjualan EV hibrid naik 43,1% secara tahunan pada paruh pertama tahun ini dari capaian Januari-Juni 2023 sejumlah 17.305 unit. Sementara itu, penjualan EV berbasis baterai pada Januari-Juni naik lebih dari dua kali lipat menjadi 11.940 unit.

Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto optimistis target penjualan BEV pemerintah tercapai. Sebab, pertumbuhan penjualan BEV di pasar domestik tercatat eksponensial sejak 2021.

 Fransiscus menilai kapasitas produksi BEV di dalam negeri belum mencapai tingkat optimum. Pada saat yang sama, kontribusi penjualan BEV pada kuartal kedua tahun ini telah menembus 3% ke total penjualan mobil nasional.

Ia mengatakan peningkatan penjualan BEV utamanya disebabkan oleh insentif impor BVE dalam kondisi utuh atau CBU. Oleh karena itu, Fransiscus memprediksi kontribusi penjualan BEV selambatnya mencapai 5% pada awal tahun depan.

"Kalau semua produsen BEV sudah kapasitas penuh, pasti penjualan secara volume akan naik terus. Jangan lupa, penjualan BEV semester pertama tahun ini sudah naik 130% secara tahunan," katanya.

Kebijakan insentif impor telah menambah jenis EV berbasis baterai di dalam negeri menjadi 46 jenis dibandingkan realisasi 2022 hanya empat jenis.

Saat ini telah ada 11 kelompok harga EV berbasis baterai. Adapun kelompok harga EV berbasis baterai pada 2022 cukup ekstrem yakni kelompok sekitar Rp 200 juta dan kelompok Rp 700 juta sampai Rp 800 juta.

Insentif yang dimaksud adalah pembebasan pajak barang mewah dan menekan bea masuk EV yang diimpor secara utuh hingga tahun depan. Namun importir yang menikmati insentif harus membangun pabrik di dalam negeri dan memproduksi EV dengan jumlah yang sama dengan jumlah impor.


Reporter: Andi M. Arief