Harga Beras Lokal Lebih Mahal, Pemerintah akan Dorong Efisiensi Produksi

ANTARA FOTO/Mega Tokan/sgd/Spt.
Ilustrasi. Rata-rata nasional harga Gabah Kering Panen kini mencapai Rp 6.420 per kg. Angka itu lebih tinggi Rp 420 per kg dari Harga Pembelian Pemerintah atau HPP gabah senilai Rp 6.000 per kg.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
20/9/2024, 10.56 WIB

Badan Pangan Nasional atau Bapanas mengakui harga beras di dalam negeri lebih mahal dibandingkan pasar global. Ini karena biaya produksi yang harus dibayar petani padi lebih tinggi, khususnya untuk pupuk.

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani mengatakan, tingginya biaya produksi membuat petani harus mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Rachmi menilai, harus ada efisiensi dalam produksi beras di dalam negeri guna menekan harga beras. 

"Dengan efisiensi, produktivitas petani akan naik dan akhirnya mendapatkan keuntungan dengan harga yang bagus. Dengan demikian, harga beras lama kelamaan akan stabil," kata Rachmi di Indonesia International Rice Conference 2024,  Kamis (19/9).

Rachmi mengatakan, harga beras yang tinggi di dalam negeri membuat petani bahagia. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar Petani Agustus 2024 yang mencapai 119,85 poin. Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian di posisi 122,2 poin.

Berdasarkan data Bapanas, rata-rata nasional harga Gabah Kering Panen kini mencapai Rp 6.420 per kg. Angka itu lebih tinggi Rp 420 per kg dari Harga Pembelian Pemerintah atau HPP gabah senilai Rp 6.000 per kg.

"Dalam 10 tahun terakhir, saat ini NTP petani untuk tanaman pangan paling tinggi. Namun pemerintah harus hadir di tengah-tengah agar petani mendapatkan harga bagus, tapi masyarakat dapat mengakses beras berkualitas baik dengan harga terjangkau," katanya.

Rachmi mencatat, ada dua langkah yang dapat menekan harga beras di dalam negeri. Pertama, penggunaan benih yang lebih produktif. Ia menilai penggunaan benih unggul akan meningkatkan angka produktivitas per hektare para petani.

Kedua, mekanisasi proses pertanian. Rachmi mengatakan pemerintah telah selesai melakukan uji coba penggunaan pesawat nirawak atau doren pada proses pemupukan. Dengan demikian, luas pemupukan dapat lebih luas dengan volume pupuk yang lebih sedikit.

Rachmi menyampaikan, penggunaan drone membuat pemupukan lebih merata yang mengakibatkan keragaman tingkat pertumbuhan tanaman. Sejauh ini, proses pemupukan dilakukan secara manual dan dilakukan berdasarkan perasaan masing-masing petani.

"Ini menjadi salah satu yang harus bisa dilaksanakan untuk mengefisienkan biaya produksi petani," katanya.



Reporter: Andi M. Arief