Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai, pelemahan daya beli sejak awal tahun ini telah berdampak pada performa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM. Hal tersebut tercermin dalam meningkatnya persentase kredit bermasalah atau NPL perbankan.
Otoritas Jasa Keuangan mendata NPL kredit ke sektor UMKM berada di atas 4% sejak April 2024, sedangkan NPL kredit UMKM pada tahun lalu stabil di bawah 4%.
"Saya sudah melaporkan data ini ke presiden dari jauh-jauh hari atau dari pertengahan tahun ini. Indeks bisnis UMKM itu turun karena daya beli masyarakat turun," kata Teten di Istora Senayan, Jumat (27/9).
Teten menjelaskan, penurunan daya beli pada akhirnya menekan omzet UMKM di dalam negeri karena konsumen mehanan pembelian. Badan Pusat Statistik mencatat, penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024. Kondisi tersebut membuat deflasi berlanjut pada Juli 2024 sebesar 0,18%.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,92% secara bulanan. Dia menjelaskan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan rokok tembakau dengan deflasi sebesar 0,97%. Kelompok tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,28%.
Angka tersebut menunjukan terjadi deflasi selama tiga bulan berturut-turut, yang terutama disumbang oleh harga pangan yang bergejolak. "Ini sebenarnya pernah terjadi dulu pada Juli sampai September 2020, ini bukan hal pertama kali,"kata Amalia.
Deflasi bisa terjadi karena adanya penurunan harga atau penurunan permintaan, terutama jika produksi barang atau jasa melebihi permintaan pasar.
"Deflasi bulan ini lebih dalam dibandingkan bulan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada tahun ini," katanya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana khawatir, deflasi selama tiga bulan berturut-turut menjadi tanda daya beli menurun. “Sebab, ini bukan hal biasa di Indonesia," ujar Fikri kepada Katadata.co.id, bulan lalu (1/8).
Riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI juga menunjukkan, ekspansi pada kategori calon kelas menengah dan kelas menengah pada 2014 hingga 2018 mengindikasikan tren positif dari mobilitas sosial ke atas. Pada periode tersebut, proporsi populasi miskin dan rentan menurun, sedangkan calon kelas menengah dan kelas menengah bertambah.