Hashim Sebut Urgensi Bangun Tanggul Laut: 40% Sawah RI Ada di Pantura

ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc.
Warga berjalan di tanggul laut yang masih dalam tahap penyelesaian di kawasan Kampung Bahari Tambaklorok, Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
7/10/2024, 15.08 WIB

Presiden Terpilih Prabowo Subianto berencana membangun tanggul laut di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa hingga 2055. Secara rinci, tanggul tersebut akan dipasang dari Teluk Jakarta hingga Teluk Lamong di Gresik, Jawa Timur.

Wakil Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Prabowo-Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan tanggul tersebut penting untuk melindungi kawasan Pantura. Sebab, sebagian wilayah di Pantura mengalami penurunan tanah dan peningkatan permukaan air laut.

"40% lahan sawah di dalam negeri ada di Pantura. Kalau kawasan Pantura tenggelam, percuma ada program lumbung pangan di Papua maupun Kalimantan," kata Hashim di Menara Kadin, Jakarta, Senin (7/10).

Hashim yang juga merupakan adik kandung Prabowo menceritakan proyek Tanggul Laut Pantura telah dicanangkan pada 1994. Dokumen perencanaan Tanggul Laut Pantura telah siap sekitar 2014, namun belum kunjung terealisasi sampai saat ini.

Pembangunan Tanggul Laut Pantura akan dilakukan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha. Secara rinci, porsi kepemilikan pemerintah dalam infrastruktur tersebut hanya 20%, sedangkan selebihnya akan ditutup oleh sektor swasta.

Ada beberapa investor asing yang tertarik bergabung dalam proyek tersebut, seperti dari Uni Emirat Arab dan Cina. Namun, Hashim belum merinci lebih lanjut potensi investasi dari pembangunan tanggul tersebut.

Pembangunan Giant Sea Wall Pulau Jawa

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memproyeksikan pembangunan giant sea wall di Pulau Jawa diawali dengan pengadaan tanggul laut di wilayah pesisir DKI Jakarta senilai Rp 164,1 triliun.

Pembangunan giant sea wall di Pantura dinilai mendesak seiring laju penurunan tanah di wilayah itu berada di kisaran 1 sentimeter hingga 25 sentimeter (cm) per tahun. Di sisi lain, terdapat ancaman dari lepas pantai berupa kenaikan permukaan air laut hingga 1 cm-15 cm per tahun di beberapa lokasi serta fenomena banjir rob.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut urgensi pembangunan giant sea wall di Pantura Jawa berhubungan dengan upaya menjaga sektor ekonomi nasional yang saat ini masih terpusat di Pulau Jawa.

Mengutip studi Japan International Cooperation Agency 2020 lalu, Airlangga mengatakan, kawasan Pantura Jawa menyumbang sekitar 20,7% produk domestik bruto atau PDB nasional melalui kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata.

Kawasan Pantura Jawa menampung 70 kawasan industri, lima kawasan ekonomi khusus, 28 kawasan peruntukan industri, dan lima wilayah pusat pertumbuhan industri

“Ancaman penurunan tanah, dan banjir rob membahayakan keberlangsungan aktivitas ekonomi dan aset infrastruktur ekonomi nasional di wilayah tersebut,” kata Airlangga saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Giant Sea Wall di Hotel Kempinski Jakarta pada Rabu (10/1).

Reporter: Andi M. Arief